ABSTRAK Twinca Naibaho
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
COVER - TWINCA NAIBAHO
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 - TWINCA NAIBAHO
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 - TWINCA NAIBAHO
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 - TWINCA NAIBAHO
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 - TWINCA NAIBAHO
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 - TWINCA NAIBAHO
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA - TWINCA NAIBAHO
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Batubara sebagai bahan bakar pada pembangkitan listrik terus digunakan dalam waktu
yang lama. Teknologi komersial dan matang dalam pembangkitan listrik ialah
pembakaran batubara yang menghasilkan abu terbang. Abu terbang tersebut mengandung
mineral yang bermanfaat seperti alumina dan silikat. Pemrosesan abu terbang dilakukan
untuk mengurangi emisi pembakaran batubara. Produk olahan abu terbang yang
prospektif ialah zeolit. Penelitian ini dilakukan untuk membuat zeolit A dari abu terbang.
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu perlakuan awal dan tahapan
sintesis. Perlakuan awal yang diberikan berupa kalsinasi abu terbang batubara pada
temperatur 850oC selama 2 jam, pencucian menggunakan asam klorida (HCl) pada
temperatur 80oC selama 1 jam, dan pencucian dengan air dm sebanyak pada temperatur
60 oC selama 1 jam sebanyak 2 kali. Tahapan sintesis dilakukan dengan metode fusi alkali
hidrotermal. Tahapan fusi dilakukan dengan penambahan sumber NaOH kemudian
dikalsinasi pada temperatur 550 oC selama 2 jam. Proses aging dilaksanakan dalam shaker
incubator. Terakhir, proses hidrotermal dilakukan pada temperatur 80 oC selama 6 dan 12
jam. Variasi percobaan dilakukan sumber Na, rasio abu terbang terhadap sumber Na, dan
rasio Si/Al. Karakterisasi zeolit A dilakukan melalui uji XRD, SEM, dan SAA. Uji
adsorptivitas dilakukan pada zeolit yang terbentuk dengan metode AAS.
Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan awal mengubah morfologi dan mengurangi
kandungan pengotor pada abu terbang, seperti CaO dari 12,20% menjadi 6,29%, MgO
dari 6,69% menjadi 3,26%, dan Na2O dari 4,21% menjadi 1,51%. Penelitian ini berhasil
menyintesis Zeolit A dan Zeolit LTA. Kristalinitas zeolit yang diperoleh berada pada
rentang 11-79% dan luas permukaan pada rentang 3-69 m2/g. Peningkatan rasio NaOH
terhadap abu terbang hingga 1,6 umumnya menaikkan perolehan dan kristaninitas zeolit.
Peningkatan rasio Si terhadap Al menaikkan kristalinitas hingga rasio optimumnya,
kemudian kristalinitas menurun. Penambahan waktu kristalinitas umumnya membuat
kristalinitas produk semakin tinggi. Kapasitas minimum adsorpsi zeolit pada ion logam
Cu2+, Zn2+, dan Ni2+ masing-masing bernilai 38,02; 43,98; dan 49,55 mg/g.