digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pencitraan radar dapat dikatakan baru mulai bangkit bila dibandingkan dengan teknologi sensor optis. Namun jika kita mengingat negara Indonesia yang beriklim tropis dimana sebagian areanya (17%) tertutup awan sepanjang tahun, pencitraan radar dapat lebih diunggulkan dibanding sensor optis. Kemampuan panjang gelombang yang digunakan sistem radar membuat sifat pencitraannya mampu menembus awan, kabut, ataupun hujan. Selain itu juga, teknik ini dapat dioperasikan baik siang maupun malam karena radar bersifat aktif atau tidak tergantung pada matahari. Perkembangan teknologi radar yang menjanjikan saat ini adalah Radar Apertur Sintetik Interferometri (Interferometric Synthetic Aperture Radar-INSAR) dengan wahana pesawat terbang, khususnya dengan penggunaan dua band yang berbeda (multiband) pada satu pesawat terbang. Pemanfaatan band yang berbeda pada INSAR seperti band X dan band P dapat dijadikan salah satu metode untuk monitoring sumber daya alam khususnya kawasan hutan Indonesia. Perbedaan tinggi antara DSM (dari band X) dan DTM (dari band P) dapat dijadikan sebagai parameter untuk mengestimasi kondisi biomass dari area yang bervegetasi padat, seperti jumlah pohon, tinggi pohon, dan volume hutan.