digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Maria Helena Febrianty
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Autism Spectrum Disorder (ASD) atau kerap disebut dengan autisme merupakan kondisi dimana terjadinya gangguan kompleks pada perkembangan saraf yang berdampak pada perilaku dan kemampuan komunikasi pengidapnya (American Psychiatric Association, 2013). Di Indonesia sendiri pada tahun 2021, dari 17 juta penyandang disabilitas usia produktif, hanya 7,04 juta orang saja yang memiliki pekerjaan atau setara dengan 5,37% dari total penduduk Indonesia yang bekerja. Namun, jika dibandingkan dengan jumlah pekerja penyandang disabilitas pada tahun 2020, angka tersebut menurun. Dengan landasan tersebut, proyek ini memberikan wadah bagi penyandang ASD usia produktif untuk mengembangkan kemampuan mereka agar mampu menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari hari dengan lebih mandiri. Sekolah ini juga menjadi ruang bagi mereka untuk berekspresi dan menemukan potensi diri dan mempelajari kemampuan okupasi agar mampu bersaing dengan tenaga kerja lainnya di kemudian hari. Proyek yang menempati lahan seluas 6.700m2 ini berada pada kecamatan Pancortan, kota Jakarta Selatan sebagai salah satu kota dengan fasilitas pendukung autisme yang minim. Isu perancangan dari proyek ini diambil dari turunan berbagai aspek yang mempengaruhi sensitifitas penyandang autisme dan perilaku mereka yaitu zonasi dan integrasi sensori, menciptakan lingkungan yang ramah autisme, dan memperhatikan keamanan dan keselamatan. Terdapat 3 konsep utama pada proyek ini, yaitu Stress control, connected to nature, dan natural materials. Konfigurasi ruang pada proyek ini dibuat senyaman mungkin berdasarkan zonasi sensorinya dengan pembagian menjadi 3 massa utama dengan tingkatan stimulus berbeda dan transisi antar stimulusnya. Proyek ini memaksimalkan control audio pada ruang-ruang dalam kelas, serta konektivitas dengan ruang luar. Komposisi massa compound menghasilkan ruang luar yang dapat dibagi-bagi namun tetap terhubung satu sama lain. Ketiga massa tersebut juga tetap terhubung dengan adanya teras dan jembatan pada lantai dasar dan lantai kedua. Fasad bangunan didominasi oleh bata tempel terakota dan hanging plant sebagai usaha untuk membuat bangunan melebur dengan taman di sekitarnya.