digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Ramadhanti Andini Widiyono
Terbatas  Perpustakaan Prodi Arsitektur
» Gedung UPT Perpustakaan

Pertambangan batu bara adalah industri yang sangat menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan sekitar bila tidak ditanggulangi. Penanganan lahan pasca tambang membutuhkan usaha dari berbagai aspek; tidak hanya rehabilitiasi pada alam, tetapi juga pengalihan fungsi setelah proses pertambangan selesai untuk memitigasi potensi kekosongan lahan di masa depan. Tambang yang menjadi fokus pada proyek perancangan adalah tambang di Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Tambang ini adalah salah satu tambang tertua di Indonesia dan saat ini sebagian area dari tambang sudah mengalami reklamasi, tetapi belum ada pengalihan fungsi optimal diluar keperluan operasional dan riset perusahaan tambang. Oleh karena itu, ide rancangan ekoturisme ini dilakukan untuk memberikan fungsi pada lahan yang dapat membawa keuntungan ke warga lokal tanpa mengusik upaya rehabilitasi yang telah dilakukan. Proyek ini menempati lahan kurang lebih seluas 24.000 m2 pada area tambang yang sudah mengalami reklamasi menjadi hutan. Proyek berlokasi di samping danau pascatambang dan kolam penampung air (box pond). Isu perancangan dari proyek ini diambil dari turunan berbagai aspek yang dapat membentuk proyek yang bermanfaat bagi masyarakat dan alam, yaitu rancangan arsitektur ekologis, ekoturisme, dan wisata berbasis komunitas. Konsep utama proyek ini adalah Mass, Mine, dan Mark, dimana proyek menjadi wadah produktif bagi masyarakat tanpa mengancam pemulihan tapak, menimbulkan rasa kepemilikan, dan memiliki rancangan yang meninggalkan kesan spasial positif. Salah satu pertimbangan yang penting selama perancangan adalah kondisi tapak yang berkontur cukup ekstrim. Proyek terdiri atas 5 zona berdasarkan kegiatan yang difasilitasi serta ruangan yang disediakan, yaitu Zona Rekreasi, Zona Edukasi, Zona Konservasi, Zona Operasional, dan Zona Umum. Pada setiap zona terdapat beberapa massa bangunan yang mengelilingi satu area pusat terbuka seperti compound. Zona-zona tidak dibuat tertutup empat sisi sepenuhnya agar tetap memberikan visual dan akses penghubung antar satu sama lain. Untuk merespon isu dan memenuhi konsep, terdapat beberapa keputusan penting dalam perancangan massa bangunan. Massa bangunan dirancang untuk menonjolkan atap, dimana bentuknya diadopsi dari atap-atap tradisional yang dimodifikasi dan disimplifikasikan untuk membuat bentuk baru. Material yang digunakan adalah material yang sering dijumpai pada daerah, yaitu bambu yang tumbuh secara lokal dan metal container yang sering digunakan oleh pertambangan. Penggabungan kedua material tersebut dilakukan untuk membuat desain-desain yang lebih eksploratif dan merepresentasikan penggabungan unsur tradisional dengan modern pada rancangan. Tipikalnya, bangunan memiliki struktur atap bambu dan semacam konfigurasi susunan metal container untuk membentuk ruang di atas struktur panggung untuk merespon kontur dan meminimalisir perlunya cut and fill pada lahan.