digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bencana alam bisa terjadi dimana saja potensi ancaman bahaya bencana alam merupakan tantangan bagi usaha pariwisata, sehingga pelaku usaha pariwisata harus mampu beradaptasi dengan keadaan atau ancaman bencana alam tersebut. Usaha pariwisata sangat penting keberadaanya untuk menyokong keberlangsungan kegiatan pariwisata Dalam penelitian ini, yang dijadikan fokus penelitian adalah beberapa usaha pariwisata yang berada pada kawasan wisata Ciwidey yang masuk dalam kriteria 13 jenis usaha pariwisata menurut UU No 10 tahun 2009. Penelitian ini akan mengukur tingkat resiliensi usaha parwisata yang berada pada Kawasan wisata Ciwidey menggunkan indikator yang diadaptasi dari penelitian Cox, Anne. 2016. Tourism Resilience Index: A business self-assessment yang disesuaikan dengan karakteristik usaha pariwisata di Indonesia yang berupa: rencana bisnis dan rencana operasional, rencana kesiapsiagaan bencana, pemasaran, manajemen tenaga kerja, hubungan dengan lembaga lain, dan dukungan pariwisata berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan menggunakan pengumpulan data primer yang diperoleh dari observasi dan wawancara dan data sekunder. Teknik analisis dilakukan dengan melakukan deskripsi terhadap hasil reduksi data yang telah diperoleh. Dengan hasil analisis tersebut didapatkan hasil tingkat resiliensi usaha pariwisata yang berada pada kawasan Wisata Ciwidey dalam menghadapi ancaman bahaya bencana alam memiliki hasil 1 indikator mendapatkan penilaian dengan tingkat resiliensi tinggi, 2 indikator mendapatkan nilai sedang, dan 3 indikator mendapatkan nilai rendah, dengan demikian dapat disimpulkan tingkat Resiliensi Usaha Pariwisata yang berada pada Kawasan Wisata Ciwidey masih berada dalam kondisi rendah. Para pelaku usaha pariwisata di Kecamatan Ciwidey mengetahui dan sadar akan bahaya bencana alam di kawasan tersebut, akan tetapi dengan kesadaran tersebut belum menjadi stimulus bagi para pelaku usaha pariwisata untuk membuat usaha pariwisatanya menjadi resilien. Dengan demikian, para pelaku usaha pariwisata perlu untuk bisa meningkatkan resiliensi usahanya dari ancaman bahaya bencana agar usahanya bisa memiliki keberlanjutan dan tetap eksis serta dapat beradaptasi ketika menghadapi kondisi yang kritis.