Pada jejang Sekolah Menengah Atas (SMA), tafsir geometris paling umum dari Konsep
Integral yang diberikan kepada para siswa adalah luas daerah di bawah kurva suatu fungsi dan
di atas sumbu-???? serta di batasi pada selang ???? ? ???? ? ????; ????, ???? ? ? . Tidak semua fungsi mudah
untuk ditentukan rumusan anti turunannya. Solusi yang dapat ditempuh dalam menghitung
integral tentu untuk fungsi yang sulit dicari anti turunannya adalah integral numerik di mana
luas daerah yang akan dihitung dibagi-bagi terlebih dahulu menjadi beberapa elemen luas
berupa bangun geometri datar dan kemudian luas daerah dihitung berupa pendekatan jumlah
luas dari elemen-elemen luas tersebut. Saat ini elemen luas yang umum digunakan adalah
persegi panjang dengan pendekatan Metode Jumlah Riemann. Permasalahan yang berpotensi
terjadi pada proses pengenalan Metode Jumlah Riemann di SMA adalah eksistensi tiga cara
indeksasi elemen luas persegi panjang yaitu “Jumlah Kiri”, “Jumlah Kanan” dan “Titik
Tengah”. Ketiga jenis indeksasi ini berpotensi menimbulkan kesan rumit dan kompleks di
dalam proses mengenal dan mempelajari integral numerik di kalangan siswa SMA karena
terlalu banyak pilihan indeksasi dan rumus terkait yang harus dipelajari. Model Trapesium dan
Suku Banyak Bernstein diharapkan dapat menjadi metode alternatif dalam pembelajaran dan
pemahaman para siswa atas integral numerik sehingga matematika dapat menjadi mata
pelajaran yang menarik, aplikatif sekaligus secara paralel memperkenalkan matematika
komputasi sederhana berupa penggunaan aplikasi MS-Excel atau Google Spreadsheet.