digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Zakiatul Fitri
EMBARGO  2027-05-22 

BAB 1 Zakiatul Fitri
EMBARGO  2027-05-22 

BAB 2 Zakiatul Fitri
EMBARGO  2027-05-22 

BAB 3 Zakiatul Fitri
EMBARGO  2027-05-22 

BAB 4 Zakiatul Fitri
EMBARGO  2027-05-22 

BAB 5 Zakiatul Fitri
EMBARGO  2027-05-22 

Meningkatnya perkembangan teknologi dan pemakaian mesin pada industri dan otomotif pada saat ini, maka kebutuhan pelumas akan semakin meningkat. Namun menurunnya cadangan minyak mentah sebagai bahan baku pembuatan pelumas dan kebutuhan untuk mengurangi polusi dari pelumas mineral telah mendorong teknologi pengurangan limbah dan polusi untuk mengurangi masalah lingkungan dan bahan baku yang dapat diperbaharui. Salah satu realisasinya adalah pelumas alternatif yang disebut pelumas nabati atau biopelumas yang unggul dalam mengatasi masalah lingkungan dan memiliki sifat pelumasan yang baik. Namun biopelumas memiliki kekurangan, yaitu kestabilan oksidatif yang rendah dan fluiditas pada suhu rendah yang kurang baik. Hal ini akibat adanya ?- hidrogen pada molekul gliserol. Gliserol dapat diganti dengan poliol atau diol yang tidak memiliki ?-hidrogen seperti 1,2 propandiol. Pada penelitian dilakukan reaksi esterifikasi asam oleat dengan 1,2 propandiol menggunakan katalis asam sulfat. Variabel reaksi yang dilakukan adalah persen berat katalis dan temperatur dengan rasio molar umpan tetap. Dari penelitian, diperoleh bahwa semakin tinggi temperatur reaksi esterifikasi maka konversi ester yang diperoleh semakin besar dengan nilai maksimum konversi pada temperatur 150 oC pada persen berat asam sulfat 2% selama 5 jam adalah sebesar 82,7%. Dari percobaan juga ditentukan bahwa reaksi esterifikasi pembuatan biopelumas ini merupakan reaksi tiga dengan nilai energi aktivasi sebesar 46052 J/mol. Produk biopelumas yang didapat memiliki angka asam pada rentang 36-55 mg-KOH/g-sampel dan nilai viskositas kinematik (pada 40 oC) sebesar 20,980 - 38,366 cSt. Produk biopelumas diklasifikasikan sebagai pelumas ISO VG 22 dan ISO VG 46