Jumlah lahan pertanian semakin mengalami penurunan seiring dengan pertumbuhan
penduduk Indonesia yang terus meningkat. Alih fungsi lahan pertanian di Indonesia mencapai
100.000 hektar per tahun sehingga berdampak pada pengurangan laju produksi pangan. Salah
satu solusi untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan menerapkan sistem pertanian
terintegrasi. Beberapa jenis sayuran pangan yang produksinya perlu ditingkatkan yaitu tanaman
sayuran kailan (Brassica oleracea var. acephala), edamame (Glycine max L. Merrill), dan
bunga kol (Brassica oleracea var. botrytis L.). Limbah tanaman sayuran diolah kembali
menjadi pakan ternak sehingga menjadi sistem pertanian terintegrasi. Jenis kelinci pedaging
yang diternakkan yaitu kelinci pedaging (Oryctolagus cuniculus) ras New Zealand White.
Budidaya kelinci dapat memenuhi pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia yang semakin
mengalami peningkatan dengan reduksi kebutuhan daging tahun 2030 sebanyak 45 kg/kapita.
Daging kelinci mengandung protein yang tinggi dan lemak rendah sehingga lebih aman dari
resiko kolesterol. Kotoran yang dihasilkan oleh kelinci digunakan sebagai pupuk bagi
pertumbuhan tanaman. Ternak kelinci juga menghasilkan urin dan kotoran yang dapat
digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman. Kotoran dan urin yang berasal dari kelinci
mempunyai kandungan NPK yang lebih tinggi yaitu 2.72%N, 1.1%P, dan 0.5%K dibandingkan
dengan kotoran dan urin dari ternak lain sehingga memiliki potensi untuk meningkatkan
kesuburan dan produktivitas tanaman. Pra-rancangan sistem pertanian terintegrasi ini bertujuan
untuk meningkatkan nilai ekonomi dari budidaya tanaman baby kailan, edamame, dan kembang
kol yang akan dijual ke pasaran, meningkatkan nilai guna budidaya tanaman dengan
memanfaatkan limbah dari hasil budidaya tanaman sebagai pakan ternak sehingga mengurangi
limbah, meningkatkan nilai ekonomi kelinci serta meningkatkan nilai guna limbah dari ternak
kelinci sebagai pupuk organik untuk budidaya tanaman ataupun dikomersialkan.
Luas lahan keseluruhan yang digunakan untuk sistem pertanian terintegrasi ini adalah
1.000 m2 dengan luas lahan untuk budidaya tanaman sebanyak 400 m2, 80 m2 untuk budidaya
kelinci, 520 m2 untuk area pasca panen, gudang bahan baku dan peralatan, pengolahan kotoran
air, penempatan air, serta kantor. Kapasitas produksi yang diperkirakan sebesar 178,75
kg/tahun, 29.920 kg/tahun, 1.664 kg/tahun. Pupuk organik dari kotoran kelinci yang
dimanfaatkan sebanyak 10.656 kg/tahun dan POC dari urin kelinci sebanyak 2.531,15
liter/tahun. Kapasitas produksi kelinci sebanyak 518 ekor/tahun atau 1.144,78 kg/tahun.
Limbah sayur yang dimanfaatkan sebagai pakan hijauan sebanyak 209,63 kg/tahun. Lokasi
yang digunakan dalam sistem pertanian terintegrasi ini yaitu di Desa Cijagra, Kecamatan Paseh,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 40383. Pemilihan lokasi didasarkan oleh kondisi lingkungan
untuk syarat tumbuh tanaman dan ternak kelinci, ketersediaan bahan baku, serta akses
transportasi.
Neraca massa dan energi yang ditinjau dalam pra-rancangan ini meliputi subsistem
budidaya sayuran, subsistem pemanfaatan limbah daun sebagai pakan hijauan, subsistem
budidaya kelinci pedaging ras New Zealand White, dan subsistem pemanfaatan kotoran serta
urin menjadi pupuk organik bagi tanaman. Subsistem budidaya sayuran terdiri atas 3 unit yaitu
unit pembuatan larutan pupuk fertigasi dengan total neraca massa sebesar 25.913,73 kJ/tahun
dan neraca energi sebesar 57.599,92 kJ/tahun. Unit pembuatan media tanam dengan total
neraca massa sebesar 20.603,6 kJ/tahun dan neraca energi sebesar 177.133,82 kJ/tahun. Unit
budidaya sayuran dengan total neraca massa sebesar 329.609,08 kJ/tahun dan neraca energi
sebesar 225.428 kJ/tahun. Subsistem pemanfaatan limbah daun sebagai pakan hijauan
memiliki total neraca massa sebesar 4.516,19 kg/tahun dan neraca energi sebesar 33.212,59
kJ/tahun. Subsistem budidaya kelinci pedaging ras New Zealand White memiliki total neraca
massa sebesar 24.651,28 kg/tahun dan neraca energi 1.761.995,37 kJ/tahun. Subsistem
pemanfaatan kotoran dan urin kelinci sebagai pupuk organik bagi tanaman terdiri dari 2 unit.
Unit pengolahan kotoran padat menjadi pupuk kandang dengan neraca massa sebesar
12.754,29 kg/tahun dan neraca energi sebesar 88.566,91 kJ/tahun. Unit pengolahan urin
menjadi pupuk organik cair dengan neraca massa sebesar 10.970 kg/tahun dan neraca energi
sebesar 44.283,46 kJ/tahun.
Investasi awal yang dibutuhkan dalam produksi sistem terintegrasi ini sebesar
Rp192.548.188. Estimasi pendapatan kumulatif pada tahun pertama sebesar Rp 414.807.894,3.
Pendapatan tersebut diperoleh dengan harga jual produk edamame, baby kailan, bunga kol
kelinci pedaging, pupuk organik cair kelinci, dan pupuk kandang kelinci berturut-turut sebesar
Rp15.000/kg, Rp63.200/kg, Rp20.000/kg, Rp300.000/kg, Rp30.000/liter, dan Rp10.000/kg.
Payback Period (PP) adalah 11 bulan 4 hari sejak perusahaan mulai produksi. Nilai NPV yang
diperoleh dari sistem pra-rancangan terintegrasi ini yaitu Rp2.119.948.321. Nilai NPV
menunjukkan hasil positif (NPV>0) sehingga sistem pra-rancangan ini layak untuk diterapkan.
Nilai NPV yang diperoleh menunjukkan keuntungan bersih selama 10 tahun mendatang sesuai
nilai mata uang saat ini. Pengembalian modal (Payback Period/PP) yaitu selama 11 bulan 4
hari sejak perusahaan dijalankan. Nilai Profitability Index (PI) menunjukkan indeks
keuntungan yang diperoleh dengan membagi NPV dengan total investasi. Selain itu dilakukan
analisis profitabilitas dengan menentukan nilai Internal Rate of Return (IRR) yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang dinyatakan dalam
rate of return (tingkat pengembalian modal) yang memiliki nilai NPV nol. Sehingga diperoleh
nilai IRR sebesar 50,08% dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) perusahaan sebesar 2,83 .
Oleh karena itu, pra-rancangan sistem budidaya terintegrasi ini layak dilaksanakan ditinjau dari
segi finansial.