digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800



COVER Rakatian Kofa
EMBARGO  2025-03-06 

BAB1 Rakatian Kofa
EMBARGO  2025-03-06 

BAB2 Rakatian Kofa
EMBARGO  2025-03-06 

BAB3 Rakatian Kofa
EMBARGO  2025-03-06 

BAB4 Rakatian Kofa
EMBARGO  2025-03-06 

BAB5 Rakatian Kofa
EMBARGO  2025-03-06 

Sejak kemunculannya pada kuartal pertama tahun 2020, Virus SARS-CoV-2 telah menginfeksi lebih dari 6 juta masyarakat Indonesia. Virus ini menyebar melalui droplet dari orang yang telah terinfeksi, sehingga tingkat penularan dari virus ini relatif tinggi. Salah satu yang bertanggung jawab terhadap infeksi virus ini adalah Main protease (Mpro) SARS-CoV-2 (EC 3.4.22.69). Protein tersebut memiliki residu katalitik His41 dan Cys145 yang berperan dalam pembelahan poliprotein pada proses replikasi virus. Oleh karena itu, untuk mengurangi aktivitas dari Mpro SARS-CoV-2 diperlukan inhibitor yang mampu berikatan dengan residu katalitiknya. Inhibitor yang diusulkan pada penelitian ini adalah senyawa turunan dari asam 6-aminopenisilinat (6-APA) yang memiliki bioaktivitas. Pencarian inhibitor potensial dilakukan menggunakan metode molecular docking secara In Silico. Metode molecular docking yang dilakukan menggunakan perangkat lunak Molegro Virtual Docker v7.0 dan visualisasinya menggunakan Molegro Molecular Viewer. Kandidat inhibitor potensial dipilih berdasarkan hasil skor terendah dan adanya interaksi senyawa dengan residu katalitik dari Mpro. Dari 19 senyawa turunan 6-APA yang diskrining, salah satu senyawa yang memiliki potensi sebagai inhibitor Mpro adalah asam 6-(2-karboksilbenzamido)penisilinat (2). Senyawa (2) memiliki skor -95,921 dan mampu berinteraksi ikatan hidrogen dengan Cys145. Penelitian ini dilanjutkan di laboratorium dengan membuat model reaksi asam ftalanilat (1) terlebih dahulu menggunakan anilin dan anhidrida ftalat yang direaksikan dalam pelarut aseton. Hasil reaksi amidasi tersebut dianalisa menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (NMR). Spektrum 13C-NMR menunjukkan puncak pada geseran kimia 167,48 ppm yang menunjukkan adanya karbon amida. Senyawa yang dihasilkan memiliki persen rendemen sebesar 18,65%. Reaksi amidasi selanjutnya dilakukan menggunakan sumber amina primer yang berbeda, yaitu menggunakan 6-APA. Kelarutan 6-APA yang rendah dalam aseton mengharuskan adanya penambahan Trietilamin (TEA) diikuti dengan tahap tambahan yaitu ekstraksi dan penambahan asam. Hasil reaksi memiliki kelarutan yang rendah dalam air, DMSO, dan pelarut organik lainnya, sehingga analisa dengan NMR tidak bisa dilakukan. Analisa menggunakan FTIR menunjukkan sinyal N-H bending pada bilangan gelombang 1538 cm-1 milik 6-APA hilang dan muncul sinyal C=O stretching dari produk pada bilangan gelombang 1641 cm-1 yang berasal dari amida sekunder dari senyawa (2).