digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Fahmi Nugraha
PUBLIC Irwan Sofiyan

COVER-Muhammad Fahmi Nugraha.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB I-Muhammad Fahmi Nugraha.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB II-Muhammad Fahmi Nugraha.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB III-Muhammad Fahmi Nugraha.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB IV-Muhammad Fahmi Nugraha.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB V-Muhammad Fahmi Nugraha.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

BAB VI-Muhammad Fahmi Nugraha.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

PUSTAKA Muhammad Fahmi Nugraha
PUBLIC Irwan Sofiyan


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang merupakan bagian dari Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) berkewajiban memberikan informasi gempabumi atau peringatan dini tsunami dalam waktu kurang dari lima menit setelah kejadian gempa. Parameter kegempaan yang dihasilkan oleh BMKG (salah satunya magnitudo) pada lima menit pertama merupakan hasil pengolahan data dari stasiun seismik yang merekam pada rentang waktu tersebut sehingga seluruh stasiun seismik BMKG belum mencatat kejadian gempabumi tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya fluktuasi pada penentuan magnitudo dan juga menyebabkan terjadinya perbedaan antara magnitudo awal yang diinformasikan dengan magnitudo final setelah seluruh stasiun seismik merekamnya. Nilai magnitudo awal tersebut juga sering berbeda dengan magnitudo momen (Mw BMKG) yang merupakan hasil inversi momen tensor yang umumnya dihasilkan lebih dari lima menit setelah kejadian gempa. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi nilai magnitudo pada menit awal setelah kejadian gempa dengan membuat kategori stasiun terbaik dalam penentuan magnitudo, mempercepat penentuan Mwp, dan meningkatkan akurasi penentuan magnitudo di lima menit awal dengan memperbarui formulasi magnitudo estimasi Mw(mB), Mw(Mwp) serta membuat summary magnitude dari formulasi magnitudo estimasi yang telah diperbarui tersebut. Hasil penelitian ini berhasil menentukan kategorisasi stasiun seismik primer dan sekunder. Kategori primer terdiri dari 285 stasiun yang dapat digunakan dalam penentuan lokasi dan magnitudo gempa. Adapun kategori sekunder terdiri dari 126 stasiun, hanya digunakan dalam penentuan lokasi gempa. Selain itu, penentuan Mwp dapat dipercepat jika ditentukan oleh stasiun seismik dengan jarak episentral mulai dari 1o. Penelitian ini juga berhasil mendapatkan formulasi baru untuk magnitudo jenis Mw(mB) dan Mw(Mwp) dengan koefisien determinasi R2 masing-masing sebesar 0,81 dan 0,84. Selanjutnya, summary magnitude baru dibuat, dengan koefisien c dan konstanta d masing – masing 0,95 dan -0,2 untuk bobot (w) Mw(Mwp) baru serta 0,4 dan -0,1 untuk bobot (w) Mw(mB) baru. Hasil uji coba dan validasi menggunakan SeisComP playback dan real-time menunjukkan penentuan magnitudo dengan stasiun primer dapat mereduksi fluktuasi pada menit-menit awal perhitungan magnitudo. Kemudian penentuan Mwp dapat dipercepat + 50 detik menjadi 2 menit setelah kejadian gempa. Selain itu, Mw(mB) dan Mw(Mwp) baru menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan hasil BMKG, dan summary magnitude Mw_est_avg merupakan jenis magnitudo terbaik yang paling akurat dalam mengestimasi Mw BMKG dan dapat digunakan sebagai magnitudo yang dikirimkan dalam informasi kegempaan InaTEWS.