Tsunami adalah gelombang air laut yang merambat ke segala arah dan terjadi
karena adanya gangguan impulsif pada dasar laut. Sebagian besar tsunami yang
terjadi di Indonesia dipicu oleh terjadinya gempa bumi tektonik. Tidak semua
gempa bumi tektonik mengakibatkan tsunami, tetapi sebagian besar tsunami
disebabkan oleh gempa bumi tektonik. Indonesia termasuk negara yang rawan
terhadap bencana tsunami jarak dekat atau tsunami lokal karena sebagian daerah
pantainya dekat dengan sumber tsunami. Hal ini menyebabkan bencana tsunami
dapat terjadi kurang dari 30 menit setelah gempa bumi terjadi. Itu sebabnya sistem
peringatan dini terhadap tsunami (Tsunami Early Warning System – TEWS)
menjadi sesuatu yang penting untuk dibangun dan dikembangkan khususnya di
Indonesia.
Salah satu bagian penting di dalam TEWS adalah bagian penentu keputusan
peringatan dini yang bertugas untuk memprediksi potensi terjadinya tsunami dari
sebuah peristiwa gempa bumi. Ketika gempa bumi terjadi, maka bagian penentu
keputusan ini akan melakukan proses prediksi tsunami dan mengeluarkan
keputusan gempa bumi tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya tsunami atau
tidak. Dua isu penting di dalam sistem peringatan dini tsunami khususnya pada
bagian penentu keputusan peringatan dini adalah akurasi prediksi dan waktu
komputasi yang berpengaruh pada waktu terbit peringatan pertama. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan dalam hal prediksi tsunami menunjukkan belum
optimalnya akurasi prediksi dan waktu komputasi yang dicapai.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja sistem prediksi
potensi tsunami dari sebuah kejadian gempa bumi dalam hal akurasi dengan waktu
komputasi yang masih dapat diterima untuk keperluan peringatan dini tsunami
menggunakan pendekatan metodologi yang baru, yaitu pendekatan pembelajaran
mesin dan fusi sensor di dalam inferensi atau pengambilan keputusannya.
Penelitian disertasi ini didasarkan pada hipotesis awal bahwa penggunaan
pendekatan fusi sensor di dalam penyediaan input pembelajaran mesin dalam
bentuk penggabungan fitur seismik yang diperoleh dari data seismometer berupa
durasi robekan (rupture), periode dominan sinyal P, diskriminan durasi-periode,
magnitudo momen, dan informasi terkait posisi stasiun seismometer dengan fitur
ii
seismik yang diperoleh dari data deret waktu Global Positioning System (GPS)
berupa informasi terkait mekanisme fokal seperti arah pergeseran bidang gempa,
diharapkan dapat mengoptimasi performansi prediksi tsunami dalam hal akurasi
dengan waktu komputasi yang masih dapat diterima untuk keperluan peringatan
dini tsunami.
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian. Tahap pertama difokuskan
pada dua pekerjaan mendasar yaitu perancangan model set fitur beserta data set
yang mengimplementasikannya yang akan digunakan untuk keperluan
pembelajaran mesin dan merancang proses ekstraksi ciri untuk menghasilkan fitur
dari sinyal seismik. Tahap kedua difokuskan pada eksperimen pembelajaran mesin
untuk melakukan klasifikasi gempa bumi menggunakan beberapa metode
pengklasifikasi yaitu K-Nearest Neighbor (KNN), Decision Tree, Random Forest,
Support Vector Machine (SVM), dan Artificial Neural Network (ANN) beserta
analisis kinerja masing-masing algoritma dalam melakukan prediksi. Selanjutnya
di tahap ketiga penelitian, dilakukan pengembangan Model Inversi Okada
menggunakan Algoritma Genetika (AG) untuk mengestimasi beberapa parameter
sumber gempa dan magnitudo momen gempa bumi. Proses inversi Model Dislokasi
Okada menggunakan AG ini sekaligus menjadi proses ekstraksi fitur dari data deret
waktu GPS untuk menghasilkan fitur seismik pelengkap dari fitur yang dihasilkan
sebelumnya. Pada tahap akhir penelitian dilakukan eksplorasi berbagai model fusi
sensor antara sensor seismometer dan sensor GPS untuk mengoptimasi kinerja
prediksi sistem dalam hal akurasi maupun waktu komputasi.
Beberapa kontribusi orisinal dan bersifat kebaruan yang dihasilkan dari penelitian
ini di antaranya yaitu model himpunan fitur seismik yang spesifik untuk keperluan
prediksi potensi tsunami, model inversi Okada-AG untuk mengestimasi parameter
sumber gempa dan magnitudo momen, dan model fusi sensor kondisional yang
melibatkan sensor seismometer dan sensor GPS untuk meningkatkan kinerja
prediksi. Di akhir penelitian diperoleh capaian kinerja prediksi potensi tsunami
yang baik hingga mencapai akurasi lebih dari 95% dan waktu komputasi yang dapat
diterima sesuai dengan kebutuhan sistem peringatan dini.