digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Indonesia sebagai negara agraris sangat mengandalkan sektor pertanian untuk menggerakkan roda perekonomian nasional. Dalam upaya meningkatkan jumlah produksi dan kualitas hasil tani Indonesia, kebanyakan petani menggunakan pupuk tanaman sebagai sumber nutrisi. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan adalah Zwavelzure Ammoniak atau sering dikenal sebagai pupuk ZA. Tetapi penggunaan pupuk ini bisa berdampak serius pada peralatan di sekitar tanah pertanian terutama yang terbuat dari logam. Pupuk dapat bersifat korosif terhadap logam karena bisa terurai ataupun bereaksi menghasilkan senyawa agresif seperti ammonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S). Disamping itu, kondisi Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi membuat sebagian besar tanah Indonesia bersifat asam sehingga dapat menyebabkan peralatan logam di sekitar tanah pertanian mudah terkorosi. Penelitian mengenai pengaruh pH tanah terhadap ketahanan korosi logam terutama baja telah banyak dilakukan hingga saat ini. Tetapi belum banyak penelitian yang mengkaji pengaruh pemberian pupuk tanaman terhadap ketahanan korosi logam di dalam tanah, begitu pula pengaruh gabungan antara pH dan pupuk tersebut terutama di wilayah Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh variasi pH tanah dan konsentrasi pupuk ZA pada tanah Lembang, Indonesia terhadap ketahanan korosi baja API 5L X60. Secara keseluruhan, alur pengerjaan penelitian ini terdiri dari preparasi spesimen, preparasi tanah, uji korosi, dan karakterisasi produk korosi. Spesimen diambil dari pipa baja API 5L X60 PSL 2, sedangkan tanah diambil dari daerah Lembang, Jawa Barat. Penguburan spesimen dilakukan selama 0, 2, dan 4 bulan. Pengujian korosi dilakukan dengan metode Open Circuit Potential (OCP), Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), polarisasi potensiodinamik, dan weight loss. Pengujian OCP menunjukkan bahwa semua spesimen aktif terkorosi dan tidak membentuk lapisan pasif. Selain itu juga teramati kecenderungan korosi yang besar pada spesimen tanpa penguburan, menurun pada spesimen 2 bulan, dan sedikit naik pada spesimen 4 bulan. Hal ini disebabkan karena adanya lapisan karat pada spesimen yang dikubur sehingga menghalangi kontak antara permukaan spesimen dengan tanah. Pada pengujian polarisasi potensiodinamik, terjadi peningkatan rapat arus korosi dengan bertambahnya pupuk ZA dan turunnya pH. Sedangkan potensial korosi memiliki tren sebaliknya. Pengujian EIS menunjukkan kurva setengah lingkaran tunggal pada setiap spesimen serta adanya garis lanjutan bersudut 45? pada frekuensi rendah. Selain itu juga teramati diameter kurva Nyquist yang semakin besar dengan naiknya pH dan berkurangnya pupuk. Pada pengujian weight loss, terlihat bahwa laju korosi spesimen 2 bulan lebih tinggi daripada sepesimen 4 bulan yang menandakan terjadi penurunan laju korosi setelah permukaan spesimen tertutpi lapisan karat. Hasil karakterisasi produk korosi dengan SEM/EDS, XRD dan FTIR menujukkan beberapa senyawa yang terdapat pada produk korosi yaitu lepidocrocite (?-FeOOH), goethite (?-FeOOH), magnetit (Fe3O4), dan scwertmannite.