Indonesia sebagai negara agraris sangat mengandalkan sektor pertanian untuk
menggerakkan roda perekonomian nasional. Dalam upaya meningkatkan jumlah
produksi dan kualitas hasil tani Indonesia, kebanyakan petani menggunakan pupuk
tanaman sebagai sumber nutrisi. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan
adalah Zwavelzure Ammoniak atau sering dikenal sebagai pupuk ZA. Tetapi
penggunaan pupuk ini bisa berdampak serius pada peralatan di sekitar tanah
pertanian terutama yang terbuat dari logam. Pupuk dapat bersifat korosif terhadap
logam karena bisa terurai ataupun bereaksi menghasilkan senyawa agresif seperti
ammonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S). Disamping itu, kondisi Indonesia yang
beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi membuat sebagian besar tanah
Indonesia bersifat asam sehingga dapat menyebabkan peralatan logam di sekitar
tanah pertanian mudah terkorosi. Penelitian mengenai pengaruh pH tanah terhadap
ketahanan korosi logam terutama baja telah banyak dilakukan hingga saat ini.
Tetapi belum banyak penelitian yang mengkaji pengaruh pemberian pupuk
tanaman terhadap ketahanan korosi logam di dalam tanah, begitu pula pengaruh
gabungan antara pH dan pupuk tersebut terutama di wilayah Indonesia. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh variasi pH tanah dan
konsentrasi pupuk ZA pada tanah Lembang, Indonesia terhadap ketahanan korosi
baja API 5L X60.
Secara keseluruhan, alur pengerjaan penelitian ini terdiri dari preparasi spesimen,
preparasi tanah, uji korosi, dan karakterisasi produk korosi. Spesimen diambil dari
pipa baja API 5L X60 PSL 2, sedangkan tanah diambil dari daerah Lembang, Jawa
Barat. Penguburan spesimen dilakukan selama 0, 2, dan 4 bulan. Pengujian korosi
dilakukan dengan metode Open Circuit Potential (OCP), Electrochemical
Impedance Spectroscopy (EIS), polarisasi potensiodinamik, dan weight loss.
Pengujian OCP menunjukkan bahwa semua spesimen aktif terkorosi dan tidak
membentuk lapisan pasif. Selain itu juga teramati kecenderungan korosi yang besar
pada spesimen tanpa penguburan, menurun pada spesimen 2 bulan, dan sedikit naik
pada spesimen 4 bulan. Hal ini disebabkan karena adanya lapisan karat pada
spesimen yang dikubur sehingga menghalangi kontak antara permukaan spesimen
dengan tanah. Pada pengujian polarisasi potensiodinamik, terjadi peningkatan rapat
arus korosi dengan bertambahnya pupuk ZA dan turunnya pH. Sedangkan potensial
korosi memiliki tren sebaliknya. Pengujian EIS menunjukkan kurva setengah lingkaran tunggal pada setiap spesimen serta adanya garis lanjutan bersudut 45?
pada frekuensi rendah. Selain itu juga teramati diameter kurva Nyquist yang
semakin besar dengan naiknya pH dan berkurangnya pupuk. Pada pengujian weight
loss, terlihat bahwa laju korosi spesimen 2 bulan lebih tinggi daripada sepesimen 4
bulan yang menandakan terjadi penurunan laju korosi setelah permukaan spesimen
tertutpi lapisan karat. Hasil karakterisasi produk korosi dengan SEM/EDS, XRD
dan FTIR menujukkan beberapa senyawa yang terdapat pada produk korosi yaitu
lepidocrocite (?-FeOOH), goethite (?-FeOOH), magnetit (Fe3O4), dan
scwertmannite.