Per 2021, pengguna ponsel pintar 79,84% populasi dunia dan 2,52 miliar
diantaranya aktif menggunakan aplikasi pesan instan. Akibatnya, produksi dan
distribusi data digital meledak, tak terkecuali citra digital. Hal tersebut juga
mendorong perkembangan teknik manipulasi citra. Di sisi lain, teknologi
manipulasi citra juga dimanfaatkan untuk memalsukan informasi. Tindakan
tersebut dikenal sebagai digital image forgery. Ada beberapa teknik digital image
forgery dan salah satunya yang paling populer adalah image splicing.
Terdapat beberapa metode untuk mendeteksi spliced image dan terbagi menjadi
tradisional dan deep learning. Metode yang dipublikasi baru-baru ini sebagian besar
berbasis deep learning karena mampu mempelajari fitur secara lebih umum.
Pada tugas ini, dilakukan modifikasi metode pendeteksian spliced image berbasis
deep learning oleh Meena & Tyagi (2021) agar mampu mendeteksi citra
terkompresi dari aplikasi pesan instan dengan melakukan training dataset
terkompresi melalui aplikasi Whatsapp. Metode tersebut terdiri dari 3 tahap, yaitu
ekstraksi model noiseprint dari masukan gambar, ekstraksi fitur menggunakan
ResNet-50, dan klasifikasi, kemudian diterapkan dalam aplikasi desktop.
Solusi diimplementasi menggunakan bahasa pemrograman Python dengan library
Tensorflow untuk model noiseprint, Keras untuk ResNet-50, PyCaret untuk
klasifikasi, dan TKinter untuk antarmuka.
Pengujian yang dilakukan adalah menentukan model klasifikasi yang memiliki
tingkat akurasi tertinggi menggunakan library PyCaret. Dari pengujian tersebut,
didapatkan model klasifikasi dengan tingkat akurasi tertinggi adalah Random
Forest Classifier, yaitu sebesar 85,19%. Akan tetapi, validasi modifikasi metode
pendeteksian image splicing menggunakan 100 dataset DSO-1 yang dikompresi
melalui aplikasi WhatsApp tidak berhasil karena akurasi dibawah kriteria
pengujian. Di sisi lain, fungsionalitas aplikasi desktop terpenuhi dan berjalan
dengan baik.