2022_TS_PP_YOGA_DWI_APRILLIANNO_LAMPIRAN.pdf)u
Terbatas  sarnya
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  sarnya
» Gedung UPT Perpustakaan
Tiga ratus ribu tahun manusia telah hidup di bumi dengan meninggalkan beragam
jejaknya. Pengelolaan lingkungan terus mengalami evolusi untuk mendesain
kebiasaan manusia yang berdampak pada ekologi bumi. Mulai dari metode dengan
pendekatan top-down, bottom-up, hingga yang terbaru: modernisasi ekologi.
Pengelolaan lingkungan yang sebelumnya didominasi oleh sektor publik, digeser
oleh kekuatan sektor privat. Metode-metode baru pun bermunculan. Salah satunya
adalah sertifikasi Sustainable Forest Management (SFM) yang erat kaitannya
dengan konsesi hasil hutan maupun perkebunan. Masalah muncul ketika 80 dari
199 perusahaan pemegang IUPHHK-HA, tidak berproduksi meskipun mereka telah
memiliki sertifikasi SFM. Indikasi masalah muncul karena aktor yang terlibat di
dalamnya sangat beragam. Sehingga, subjektivitas dan persaingan dari para aktor
dalam menentukan justifikasi “yang paling baik” terus mengemuka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika justifikasi dalam
penerapan praktik SFM terhadap tata kelola lingkungan. Praktik SFM yang
diterapkan di KEE Wehea-Kelay dipilih sebagai studi kasus karena lokasi tersebut
menawarkan kompleksitas yang dapat memenuhi kebutuhan data. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Informasi yang berhasil
dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan Teori Konvensi. Teori ini dipilih
karena dapat menawarkan pemaknaan alternatif dalam mengkonseptualisasikan
sebuah perubahan.
Hasil penelitian menemukan banyak percobaan yang dilakukan para aktor yang ada
di KEE Wehea-Kelay dalam membangun kesepakatan untuk mengelola
lingkungan. Caranya dengan menantang status quo dari justifikasi yang dimiliki
oleh aktor lainnya. Meski begitu tidak semua percobaan bermuara pada sebuah
kesepakatan. Ketidaksepakatan pun ditemukan tidak hanya secara horizontal pada
tingkat akar rumput, melainkan juga secara vertikal dengan regulator tingkat pusat.
Oleh karena itu, penelitian ini menyarankan adanya perubahan pendekatan oleh
para aktor untuk bisa mendapatkan kebaikan bersama seperti yang dicita-citakan
oleh Teori Konvensi.