Analisis termal mempelajari karakteristik suatu bahan dengan adanya pemberian energi panas dan
perubahan suhu. Energi yang berbeda antarsenyawa membuat tiap zat padat memiliki profil termal
yang khas. Kekhasan profil termal dari suatu zat padat dapat dideteksi oleh berbagai jenis
instrumen analisis termal, baik konvensional maupun modern. Adanya instrumen analisis modern
tidak menggantikan sepenuhnya penggunaan analisis termal yang bersifat konvensional. Saat ini,
penggunaan instrumen elektrotermal yang merupakan instrumen analisis termal semi digital
menjadi pilihan yang banyak digunakan karena metodenya sederhana, mudah, dan relatif lebih
murah dibandingkan analisis termal modern seperti Differential Scanning Calorimeter (DSC) dan
Thermal Gravimeter/Differential Thermal Analyser (TG/DTA). Penelitian ini mengamati transisi
padatan, meliputi pelepasan air dari bentuk hidrat dan perubahan struktur kristal selain suhu lebur
dan dekomposisi dari bahan padatan obat parasetamol, siprofloksasin hidroklorida, lamivudin, dan
asam mefenamat. Hasil pengamatan elektrotermal terhadap perubahan fase obat-obat tersebut
dikonfirmasi dengan data analisis menggunakan DSC dan PXRD. Eksperimen menunjukkan bahwa
elektrotermal dapat digunakan sebagai metode awal untuk melihat polimorfi dan pseudopolimorfi.