Kampus merupakan sebuah institusi penting bagi sebuah negara karena memiliki peran strategis dalam mendukung kemajuan suatu bangsa. Karena perannya tersebut, maka bangunan kampus harus dilindungi dari berbagai ancaman bahaya, salah satunya ialah bahaya kebakaran. Kebakaran dapat menyebabkan kerusakan atau bahkan memusnahkan bangunan yang merupakan aset yang sangat tinggi nilainya bagi sebuah kampus. Kebakaran juga dapat mengganggu kegiatan belajar mengajar dan menurunkan fungsi kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menjadi tulang punggung dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Bangunan kampus memiliki kegiatan yang sangat beragam sehingga masing-masing membutuhkan sistem proteksi kebakaran yang berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kompleksitas dalam penyediaan sistem perlindungan bangunan kampus dari bahaya kebakaran. Data menunjukan bahwa jumlah kebakaran bangunan kampus cukup signifikan. Penyebab kebakaran yang dominan adalah hubungan pendek arus listrik, penggunaan daya listrik yang melebihi kapasitas, serta adanya bahan mudah terbakar seperti cairan kimia di laboratorium. Karenanya kompleksitasnya, proteksi kebakaran di kampus perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Sistem proteksi kebakaran yang ada di bangunan kampus seharusnya memenuhi persyaratan standar yang berlaku. Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia juga beberapa kali mengalami peristiwa kebakaran. Padahal kampus tertua di Indonesia ini mengemban misi menghasilkan sumber daya insani yang unggul untuk menjadikan Indonesia dan dunia lebih baik. Misi tersebut dapat terwujud jika seluruh bangunan terlindung dari bahaya dan risiko kebakaran, karena itu perlu disusun suatu strategi mitigasi bahaya kebakaran pada bangunan kampus untuk memenuhi tingkat keandalan yang disyaratkan. Belum terpenuhinya standar (nasional maupun internasional) sistem proteksi kebakaran yang ada di bangunan kampus di Indonesia mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keandalan bangunan gedung kampus dan tingkat keselamatan kebakaran Gedung Laboratorium Teknik IXB Arsitektur Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB sebagai kasus. Pemilihan tersebut didasarkan pada fungsi campuran pada bangunan yang mengakomodasi berbagai kegiatan seperti perkuliahan, administrasi, laboratorium atau studio dan perpustakaan. Peneliti menggunakan metode preskriptif untuk menganalisis parameter keselamatan kebakaran pada bangunan gedung Arsitektur ITB. Pengambilan data diambil pada awal tahun 2022. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu, pertama, mengevaluasi keterpenuhan sistem proteksi kebakaran dan manajemen kebakaran bangunan kampus ITB terhadap persyaratan standar. Evaluasi preskriptif menggunakan NFPA 101A Guide on Alternative Approaches to Life Safety - Fire Safety Evaluation System (FSES) for Educational Occupancies. Penilaian dilakukan pada lantai basement hingga lantai 6 dengan menggunakan 14 parameter keselamatan NFPA 101A. Dari hasil analisis tahap pertama akan diperoleh gambaran tingkat risiko masing-masing lantai pada gedung Labtek IXB dan faktor-faktor risikonya. Selanjutnya dipilih ruangan dengan risiko tertinggi untuk dianalisis dalam penilaian tahap kedua. Simulasi komputer untuk mencari tahu simulasi penyebaran api, asap dan waktu aman yang tersedia untuk menyelamatkan diri (ASET) menggunakan Pyrosim. Setelah itu dilakukan simulasi evakuasi dengan melihat waktu aman yang dibutuhkan untuk menyelamatkan diri (RSET) menggunakan Pathfinder. Simulasi dilakukan dengan menggunakan parameter jangka waktu yang dibutuhkan oleh api dan asap sampai menimbulkan kondisi berbahaya bagi keselamatan jiwa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari penilaian parameter keselamatan NFPA 101A ada beberapa parameter yang belum tercapai, sementara dari hasil simulasi Pyrosim dan Pathfinder menunjukkan bahwa waktu aman yang tersedia untuk menyelamatkan diri (ASET) masih kurang memenuhi waktu aman yang dibutuhkan untuk menyelamatkan diri (RSET). Untuk meningkatkan keselamatan bangunan harus memenuhi kriteria keselamatan kebakaran menurut NFPA 101A agar dapat mencapai RSET < ASET dan menurunkan risiko korban jiwa atau kehilangan properti. Hasil analisis akan menunjukkan tingkat keandalan bangunan dan dijadikan acuan untuk menyusun strategi perlindungan bangunan Gedung Labtek IXB terhadap bahaya kebakaran.