digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Kyrana Adithyaningrum
PUBLIC Alice Diniarti

BAB 1 Kyrana Adithyaningrum
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Kyrana Adithyaningrum
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Kyrana Adithyaningrum
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4A Kyrana Adithyaningrum
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4B Kyrana Adithyaningrum
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Kyrana Adithyaningrum
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Kyrana Adithyaningrum
PUBLIC Alice Diniarti

TPS Indramayu saat ini melayani sejumlah 24 RW dari dua kelurahan yaitu Kecamatan Antapani, yaitu Kelurahan Antapani Tengah dan Kelurahan Antapani Kidul dengan jumlah penduduk 22.090 jiwa. Permasalahan mengenai pengelolaan sampah di TPS Indramayu tidak hanya terdapat pada teknis operasional saja tetapi banyak aspek-aspek lainnya yang mempengaruhi keberjalanan pengelolaan sampah seperti regulasi, keuangan, dan peran masyarakat. Oleh karena itu untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sampah di TPS Indramayu, aspek-aspek lainnya juga perlu diperhatikan. Agar bencana seperti pada TPA Leuwigajah tidak lagi terjadi, PD Kebersihan berencana untuk memaksimalkan sistem pengelolaan sampah di Kota Bandung. Inti dari rencana PD Kebersihan adalah pemilahan dilaksanakan di sumber dan pengolahan sampah dilaksanakan sebelum memasuki TPA. Salah satu rencana PD Kebersihan adalah merubah semua TPS yang ada di Kota Bandung menjadi Tempat Pengolahan Sampah berkonsep Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R). Disebut dalam PerMen PU No. 03 2013, TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan. Penerapan konsep 3R juga mempromosikan kehidupan yang sustainable. Reduce, reuse, dan recycle sampah dapat membantu dalam konservasi sumber daya alam untuk masa depan (Sabir Syed, 2006, Mohan et al 2011, Lino dan Ismail, 2012). Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam perencanaan TPS 3R adalah upaya minimasi sampah di sumber, sistem pengumpulan sampah dari sumber, pengolahan sampah organik, dan penanganan sampah anorganik. Dengan adanya TPS 3R, diharapkan jumlah sampah yang memasuki TPA berkurang, lingkungan menjadi lebih bersih dan adanya peningkatan dalam bidang kesehatan masyarakat. Timbulan sampah yang memasuki TPS Indramayu saat ini adalah 3,25 ton setiap hari dengan komposisi sampah sampah organik (55,12%), plastik reusable (16,24%), kertas (5,15%), kaca (1,72%), kaleng (0,78%), logam (0,12%), styrofoam (0,11%), tetrapack (2,53%), karet (0,28%), tekstil (2,43%), B3 Domestik (9%), dan residu (6,52%). Timbulan yang diproyeksikan pada tahun 2030 dengan persentase layanan pengumpulan sampah sebesar 80% adalah 6,9 ton/hari. Dengan timbulan tersebut, dihitung kapasitas desain umum dengan mengalikan timbulan dengan safety factor 10% sehingga kapasitas yang didapatkan adalah 7,6 ton/hari. Pengelolaan yang dilaksanakan di calon TPS 3R adalah pengolahan sampah organik dan penanganan sampah anorganik dengan memilah dan ditampung selama 7 hari yang kemudian dijual ke pihak ketiga. Dengan rencana pengelolaan ini, jumlah sampah yang memasuki TPA adalah sekitar 4 ton/hari. Sistem pengomposan yang terpilih untuk mengolah sampah organik adalah open windrow. Ukuran dari masing-masing tumpukan memiliki lebar 2,5 m, panjang 5 m, dengan tinggi 1,6 m, sedangkan aerator bambunya memiliki ukuran 0,7 m lebar bawah, 0,4 m lebar atas, tinggi 0,5 m, dan panjang 5 m. Jumlah tumpukan yang dibutuhkan adalah 5 tumpukan, dengan lama 5 hari untuk mendapatkan 1 tumpukan. Sampah anorganik yang dipiliah adalah sampah plastik yang reusable, kertas, kaca, kaleng dan logam lainnya. Sampah plastik botol dan gelas kemasan akan dicacah, sedangkan sampah kaleng dan kertas akan di-press untuk mengurangi volume yang dibutuhkan. Biaya modal yang dibutuhkan untuk pembangunan TPS 3R adalah Rp.2.494.903.876, serta biaya per tahun untuk pemeliharaan TPS 3R dan biaya pekerja adalah Rp.1.055.364.099. Terdapat juga pemasukan dari pengelolaan TPS 3R karena adanya penjualan sampah anorganik, yaitu Rp. 1.377.934.778. Hasil NPV yang diperoleh dari perancangan TPS 3R lebih kecil daripada 0 (Rp.- 4.109.860), sehingga disimpulkan bahwa proyek pembangunan TPS 3R tidak menghasilkan keuntungan secara ekonomis. Tapi harus diingat bahwa tujuan utama dari pengelolaan sampah adalah tidak untuk menghasilkan untung, tetapi untuk menyelesaikan masalah persampahan di Kota Bandung.