digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Putit Tri Bunai
PUBLIC Irwan Sofiyan

Sejarah kejadian bencana banjir yang terjadi di Kota Ambon pada tahun 2012 dan 2013 menyebabkan kerugian jiwa dan kerugian materil tertinggi bagi masyarakat. Kondisi alam Kota Ambon yang merupakan wilayah kepulauan dengan daerah terjal menjadi salah satu faktor fisik yang menjadikan banyak terjadi tanah longsor. Material longsoran ini hanyut menjadi sedimen pada aliran sungai yang menyebabkan berkurangnya kapasitas aliran sungai. Selain itu, masyarakat di sekitar aliran sungai membuat bangunan-bangunan di sempadan sungai. Saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi bisa menyebabkan banjir karena tidak memadainya tampungan sungai. Sungai Batu Merah merupakan salah satu sungai yang mengalir di Kota Ambon dengan luas DAS ±7km2 dan panjang sungai ±7 km. Satu setengah km aliran Sungai Batu Merah ini melewati daerah komersil dan perumahan masyarakat. Dengan terganggunya DAS Batu Merah akibat aktifitas masyarakat dan belum tersedianya sistem peringatan dini banjir dapat meningkatkan resiko banjir yang terjadi. Beberapa penanganan yang telah dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Maluku adalah berupa bangunan fisik pengendali banjir dan sedimen berupa Cekdam Yakobus, Cekdam Petra dan Upgrading Cekdam Rinjani. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengkaji efektifitas upgrading Cekdam Rinjani terhadap sistem peringatan dini banjir dan lead time pada Sungai Batu Merah. Tipe banjir yang terjadi pada Sungai Batu Merah merupakan banjir bandang (flashflood) dengan waktu rangkak (time travel) yang singkat. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana efektifitas dari pembangunan dan rehabilitasi beberapa chekdam dalam menambah lead time banjir. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan analisis hidrologi dan hidraulika serta analisis kapasitas tampungan dari cekdam. Permodelan menggunakan software Hec-HMS dengan 3 skenario. Skenario pertama adalah pada kondisi awal, skenario kedua dengan cekdam kondisi kosong dan skenario ketiga dengan cekdam dalam kondisi penuh sedimen. Dengan menggunakan metode SCS didapatkan jika dengan cekdam kondisi kosong maka tambahan lead time pada DAS Batu Merah adalah sebesar 19 menit dan reduksi puncak debit sebesar 13 m3/s sedangkan saat cekdam penuh dengan sedimen maka penambahan lead time adalah 13 menit dengan penurunan debit puncak sebesar 7.93 m3/s. Analisis hidraulika didapatkan nilai kekasaran manning sebesar 0.051. Hasil analisis banjir menyatakan jika setelah dilakukan pemodelan dengan set cekdam terjadi penurunan level muka air sebesar 1.12 m. Erosi lahan yang terjadi pada DAS Batu Merah dengan menggunakan metode USLE didapatkan laju erosi rata-rata sebesar 2325.77 ton/ha/tahun atau sebesar 3 mm/tahun. Riwayat kejadian longsoran yang terjadi pada DAS Batu Merah diakibatkan adanya akumulasi hujan dengan range 157 mm-712 mm. Terjadi degradasi sungai pada 1.4 km bagian hilir sebesar 47cm/tahun dengan erosi 6397.18 ton/tahun. Untuk mempertahankan fungsi cekdam maka harus dilakukan pemeliharaan cekdam setiap 1 tahun sekali.