digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

COVER IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 1 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 2 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 3 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 4 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 5 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 6 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 7 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 8 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 9 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

BAB 10 IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

PUSTAKA IRFAN
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

Pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan peningkatan permintaan akan jaringan infrastruktur baik secara kualitas maupun kuantitas, ini dapat berupa peningkatan kualitas jaringan jalan khususnya perkerasan aspal. Keterbatasan dari sifat aspal pen 60/70 konvensional yang mudah mengalami deformasi pada temperatur tinggi dan fatique pada temperatur rendah, ditambah dengan kenderaan muatan berat dapat mempercepat dan kerusakan jalan yang berimbas pada biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini telah mendorong penggunaan aspal modifikasi dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas aspal seperti, penetrasi, titik lembek, viskositas, dan elastisitas. Aspal modifikasi yang umum digunakan menggunakan polymer, berapa jenis polymer yang digunakan merupakan material impor, yang memberatkan devisa negara, untuk itu perlu di cari alternatif material lainnya seperti karet alam cair. Karet alam cair banyak tersedia di Indonesia, sebagian besar karet ini di ekspor, saat ini permintaan ekspor karet alam cair menurun oleh karena itu pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendorong pemanfaatan karet alam cair sebagai material modifikasi aspal, dengan tujuan untuk dapat menyerap produksi karet petani. Penggunan karet alam cair ini memiliki keunggulan dimana lebih mudah di campur dengan aspal, karena karet ini berbentuk cairan. Aspal modifikasi karet alam cair telah di gunakan dibeberapa ruas jalan di Indonesia, selain itu penggunaan aspal modifikasi karet alam cair dapat meningkatkan durabilitas perkerasan jalan sehingga dapat memperpanjang masa pelayanan jalan. Permasalahan dari penggunaan karet alam cair adalah meningkatnya suhu pencampuran dan pemadatan campuran beraspal yang mencapai ± 175 ºC, pada suhu ini aspal rentan mengalami kerusakan karena aspal sudah mulai menguap dan dapat mempercepat proses penuaan. Dari permasalah diatas kemudian di lakukan penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki metode panggunaan karet alam cair sebagai material untuk modifikasi aspal pada suhu pencampuran dan pemadatan yang lebih rendah, mengunakan teknologi Warm Mix Aspal (WMA). Selanjutnya dilakukan evaluasi dari aplikasi teknologi Warm Mix Aspal pada campuran beraspal, terhadap karekteristik aspal modifikasi, anlisis volumetric campuran, analisis parameter Marsahall, uji lanjut berupa Modulus Resilien dan Deformasi Permanen. Hasil pengujian menunjukan bahwa penggunaan karet alam cair pada aspal pen. 60/70 menurunkan nilai penetrasi sehingga aspal menjadi lebih keras, titik lembek meningkat. Sehingga aspal lebih tahan terhadap temperatur tinggi, viskositas meningkat yang membuat aspal menjadi lebih kental dan meningkatkan elastisitas aspal karena baiknya sifat adhesi dan kohesi dari aspal modifikasi. Penggunaan aditif kimia pada aspal modifikasi karet alam cair memberikan kesetimbangan baru yang membuat aspal tidak terlalu keras dengan nilai penetrasi dibawah aspal modifikasi karet dan diatas aspal aditif kimia. Demikian pula untuk nilai titik lembek, viskositas dan elastisitas aspal, kesetimbangan ini diperlukan untuk menurunkan suhu produksi campuran dengan kinerja campuran yang masih baik. Analisis uji workability pada campuran WMA dan WAR, bahwa penggunaan aditif kimia dapat menurunkan suhu pecampuran dan pemadatan sebesar 30°C. Persentase aditif kimia pada campuran beraspal tergantung dari dari persentase kandungan karet cair. Untuk kandungan karet alam cair 0%, 3%, 5% dan 7% maka kebutuhan aditif kimia berturut-turut 0.5%, 0.5%, 0.75% dan 1% (dari berat aspal). Modulus Resilien campuran WMA hampir setara bila di bandingkan dengan campuran HMA. Penggunaan karet alam cair meningkatkan nilai Modulus Resilien campuran HAR dan campuran WAR. Pada campuran beraspal yang mengandung RAP maka nilai Modulus Resilien campuran semakin tinggi, terutama untuk campuran WAR. Pengujian Deformasi Permanen menggunakan alat Hamburg Wheel Tracking, menunjukan bahwa penggunaan karet alam cair meningkatkan ketahanan deformasi campuran beraspal, walau ketahanan deformasi campuran WAR lebih rendah bila dibandingkaan dengan HAR, tetapi campuran WAR memiliki keunggulan karena di produksi pada suhu yang lebih rendah 30 ºC. Penggunaan material RAP pada campuran WMA dan WAR semakin meningkatkan ketahanan deformasi.