Pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan peningkatan permintaan akan
jaringan infrastruktur baik secara kualitas maupun kuantitas, ini dapat berupa
peningkatan kualitas jaringan jalan khususnya perkerasan aspal. Keterbatasan dari
sifat aspal pen 60/70 konvensional yang mudah mengalami deformasi pada
temperatur tinggi dan fatique pada temperatur rendah, ditambah dengan kenderaan
muatan berat dapat mempercepat dan kerusakan jalan yang berimbas pada biaya
yang harus dikeluarkan. Hal ini telah mendorong penggunaan aspal modifikasi
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas aspal seperti, penetrasi, titik lembek,
viskositas, dan elastisitas. Aspal modifikasi yang umum digunakan menggunakan
polymer, berapa jenis polymer yang digunakan merupakan material impor, yang
memberatkan devisa negara, untuk itu perlu di cari alternatif material lainnya
seperti karet alam cair.
Karet alam cair banyak tersedia di Indonesia, sebagian besar karet ini di ekspor,
saat ini permintaan ekspor karet alam cair menurun oleh karena itu pemerintah
melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mendorong
pemanfaatan karet alam cair sebagai material modifikasi aspal, dengan tujuan untuk
dapat menyerap produksi karet petani. Penggunan karet alam cair ini memiliki
keunggulan dimana lebih mudah di campur dengan aspal, karena karet ini
berbentuk cairan. Aspal modifikasi karet alam cair telah di gunakan dibeberapa ruas
jalan di Indonesia, selain itu penggunaan aspal modifikasi karet alam cair dapat
meningkatkan durabilitas perkerasan jalan sehingga dapat memperpanjang masa
pelayanan jalan.
Permasalahan dari penggunaan karet alam cair adalah meningkatnya suhu
pencampuran dan pemadatan campuran beraspal yang mencapai ± 175 ºC, pada
suhu ini aspal rentan mengalami kerusakan karena aspal sudah mulai menguap dan
dapat mempercepat proses penuaan.
Dari permasalah diatas kemudian di lakukan penelitian yang bertujuan untuk
memperbaiki metode panggunaan karet alam cair sebagai material untuk modifikasi
aspal pada suhu pencampuran dan pemadatan yang lebih rendah, mengunakan
teknologi Warm Mix Aspal (WMA). Selanjutnya dilakukan evaluasi dari aplikasi
teknologi Warm Mix Aspal pada campuran beraspal, terhadap karekteristik aspal
modifikasi, anlisis volumetric campuran, analisis parameter Marsahall, uji lanjut
berupa Modulus Resilien dan Deformasi Permanen.
Hasil pengujian menunjukan bahwa penggunaan karet alam cair pada aspal pen.
60/70 menurunkan nilai penetrasi sehingga aspal menjadi lebih keras, titik lembek
meningkat. Sehingga aspal lebih tahan terhadap temperatur tinggi, viskositas
meningkat yang membuat aspal menjadi lebih kental dan meningkatkan elastisitas
aspal karena baiknya sifat adhesi dan kohesi dari aspal modifikasi.
Penggunaan aditif kimia pada aspal modifikasi karet alam cair memberikan
kesetimbangan baru yang membuat aspal tidak terlalu keras dengan nilai penetrasi
dibawah aspal modifikasi karet dan diatas aspal aditif kimia. Demikian pula untuk
nilai titik lembek, viskositas dan elastisitas aspal, kesetimbangan ini diperlukan
untuk menurunkan suhu produksi campuran dengan kinerja campuran yang masih
baik.
Analisis uji workability pada campuran WMA dan WAR, bahwa penggunaan aditif
kimia dapat menurunkan suhu pecampuran dan pemadatan sebesar 30°C.
Persentase aditif kimia pada campuran beraspal tergantung dari dari persentase
kandungan karet cair. Untuk kandungan karet alam cair 0%, 3%, 5% dan 7% maka
kebutuhan aditif kimia berturut-turut 0.5%, 0.5%, 0.75% dan 1% (dari berat aspal).
Modulus Resilien campuran WMA hampir setara bila di bandingkan dengan
campuran HMA. Penggunaan karet alam cair meningkatkan nilai Modulus Resilien
campuran HAR dan campuran WAR. Pada campuran beraspal yang mengandung
RAP maka nilai Modulus Resilien campuran semakin tinggi, terutama untuk
campuran WAR.
Pengujian Deformasi Permanen menggunakan alat Hamburg Wheel Tracking,
menunjukan bahwa penggunaan karet alam cair meningkatkan ketahanan deformasi
campuran beraspal, walau ketahanan deformasi campuran WAR lebih rendah bila
dibandingkaan dengan HAR, tetapi campuran WAR memiliki keunggulan karena
di produksi pada suhu yang lebih rendah 30 ºC. Penggunaan material RAP pada
campuran WMA dan WAR semakin meningkatkan ketahanan deformasi.