digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK : Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat diobati dengan obat-obat anti-TB (OAT). Resistensi bakteri TB terhadap OAT dapat dipicu oleh pengobatan TB yang tidak tuntas. Badan kesehatan dunia (WHO) telah mendefinisikan Multi-drug resistant M. tuberculosi (MDR-TB) adalah jenis M. tuberculosis yang resisten setidaknya terhadap dua macam obat, yaitu rifampin (RIF) dan isoniazid (INH), yang merupakan OAT lini pertama. Resistensi terhadap RIF disebabkan oleh mutasi pada gen rpo beta pengkode RNA polymerase subunit beta, dengan frekuensi yang paling tinggi pada kodon 526 dan 531. Sedangkan isoniazid adalah suatu prodrug, harus diaktifkan oleh enzim katalase peroksidase yang dikode oleh gen katG M. tuberculosis, mutasi gen ini mengakibatkan resisten INH. Posisi yang paling sering termutasi pada gen katG adalah pada posisi nukleotida 944, G menjadi C. Mutasi ini berada pada kodon 315, AGC menjadi ACC, yang mengubah Ser menjadi Thr dan telah dibuktikan menjadi penyebab sifat resistensi terhadap INH. Enam sampel klinis yaitu L4, L7, L10, L18, L19, dan R2, yang fenotipenya MDR-TB dan berdasarkan uji PCR isolat-isolat tersebut mengalami mutasi pada gen rpo B kodon 526 dan 531, tetapi tidak termutasi pada gen katG kodon 315, telah diisolasi oleh kelompok penelitian M. tuberculosis KK Biokimia, ITB. Tujuan riset ini adalah untuk mendapatkan informasi pada tingkat genotipe penyebab resistensi terhadap INH dalam isolat klinis MDR-TB tersebut. Tahapan penelitian yang dilakukan di sini yaitu Polymerase Chain Reaction (PCR) multipleks spesifik alel katG, elektroforesis gel agarosa, penentuan urutan nukleotida (sekuensing), dan analisis in silico. Gen katG diamplifikasi dengan metode PCR multiplek menggunakan tiga primer yaitu dua primer-luar KF dan KR serta satu primer-dalam K315. Fragmen DNA hasil PCR multiplek dikonfirmasi dengan sekuensing menggunakan jasa Macrogen.Inc., Seoul, Korea. Analisis in silico hasil sekuensing dilakukan dengan program star untuk mendeteksi posisi mutasi pada isolat klinis dibandingkan dengan galur standar H37Rv, dan pemodelan protein dengan program Pymol.