digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Wisata olahraga merupakan salah satu jenis wisata yang semakin digemari, serta semakin banyak dikembangkan di berbagai destinasi. Salah satu bentuk wisata olahraga yang berkembang cukup pesat yaitu wisata olahraga lari melalui penyelenggaraan event lomba lari maraton. Di sisi lain, berkembangnya olahraga lari menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan menjadikan banyak pelari hobi atau pelari rekreasional melakukan olahraga lari ketika sedang melakukan perjalanan wisata, dan hal ini menjadi bentuk lain dari kegiatan wisata olahraga lari. Fenomena ini berimplikasi pada munculnya terminologi kota ramah pelari, yaitu kota yang dilengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan olahraga lari yang aman dan nyaman bagi warga masyarakat dan wisatawan. Salah satu kota di Indonesia yang berpotensi untuk menjadi destinasi wisata olahraga sekaligus kota ramah pelari adalah Kota Bandung, dimana olahraga lari saat ini telah menjadi gaya hidup sebagian masyarakatnya, serta di sisi lain merupakan tuan rumah dari salah satu event lomba lari maraton paling bergengsi di Indonesia yaitu “Pocari Sweat Run Bandung”. Terkait hal ini, diperlukan kajian untuk mendukung pengembangan Kota Bandung menjadi destinasi wisata olahraga sekaligus kota ramah pelari melaui penyediaan fasilitas perkotaan pendukung olahraga lari. Penelitian bertujuan untuk menyusun rekomendasi pengembangan fasilitas perkotaan pendukung olahraga lari di Kota Bandung dalam rangka mendukung pengembangan Kota Bandung sebagai destinasi wisata olahraga sekaligus kota ramah pelari (runner-friendly city). Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran penelitian yang harus dicapai yaitu teridentifikasinya karakteristik wisatawan olahraga lari rekreasional, serta teridentifikasinya kondisi eksisting ketersediaan dan kebutuhan pengembangan fasilitas perkotaan pendukung olahraga lari di Kota Bandung, didasarkan pada standar minimal dan preseden yang digunakan. Dalam rangka mengidentifikasi karakteristik wisatawan, dilakukan penyebaran kuesioner secara random kepada 100 wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung dan berpartisipasi dalam event “Pocari Sweat Run Bandung”. Data primer yang diperoleh kemudian dianalisis dan diinterpretasi dengan metode deskriptif kualitatif hingga diperoleh gambaran terkait karakteristik sosio-demografis, sosio-geografis, dan sosio-psikografis wisatawan, ditambah dengan informasi terkait preferensi wisatawan dalam mengikuti event lari maraton dan berolahraga lari di kawasan perkotaan. Sementara dalam rangka mengidentifikasi ketersediaan fasilitas perkotaan pendukung olahraga lari di Kota bandung, dilakukan analisis simpangan antara kondisi eksisting Kota Bandung dengan Kota Tokyo yang digunakan sebagai benchmark kota ramah pelari, berpatokan pada kriteria, indikator, dan parameter destinasi wisata ramah pelari yang diperoleh dari beberapa sumber. Analisis simpangan yang dilakukan menghasilkan kebutuhan pengembangan fasilitas perkotaan pendukung olahraga lari yang kemudian dielaborasi dengan karakteristik wisatawan untuk merumuskan rekomendasi pengembangan fasilitas perkotaan pendukung olahraga lari di Kota Bandung. Hasil identifikasi terhadap karakteristik wisatawan menunjukkan bahwa wisatawan olahraga lari rekreasional ketika melakukan perjalanan untuk mengikuti event lomba lari maraton cenderung akan sekaligus berwisata di destinasi, sebaliknya ketika melakukan perjalanan wisata juga cenderung selalu menyempatkan diri untuk berolahraga lari. Selain itu, pola perjalanan wisatawan olahraga lari rekreasional akan sangat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan event yang diikutinya. Sementara itu, hasil identifikasi terhadap ketersediaan fasilitas menunjukkan bahwa pada dasarnya Kota Bandung belum dapat dikategorikan sebagai kota ramah pelari, karena masih terdapat sejumlah aspek yang belum sesuai dengan standar minimal serta masih berada jauh di bawah capaian benchmark yang ditetapkan. Fasilitas perkotaan pendukung olahraga lari yang direkomendasikan untuk dibenahi dan dikembangkan dalam rangka mendukung Kota Bandung sebagai kota ramah pelari antara lain fasilitas jalur pedestrian, lintasan/trek olahraga lari, kran air minum (water fountain), toilet dan pancuran umum, rambu lalu lintas, petunjuk arah (signage), running station, runner friendly businesses, regulasi dan dukungan pemerintah, serta panduan olahraga lari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah kota dalam mengembangkan fasilitas perkotaan pendukung olahraga lari di Kota Bandung serta bagi penyelenggara lomba lari maraton dalam merancang event yang lebih baik lagi ke depannya, hingga pada akhirnya Kota Bandung dapat dikategorikan sebagai destinasi wisata ramah pelari.