digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Silfana Hilda Efendi
PUBLIC Alice Diniarti

Produksi minyak bumi di Indonesia mengalami defisit sehingga belum mampu mencukupi permintaan pasar. Sedangkan jumlah permintaan minyak bumi terus mengalami kenaikan. Salah satu upaya yang dikembangkan adalah Microbial Enhanced Oil Recovery (MEOR) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sumur minyak bumi dengan memanfaatkan mikroorganisme melalui metabolit yang dihasilkannya. Identifikasi dan eksplorasi bakteri pada reservoir minyak bumi menjadi salah satu informasi penting dalam aplikasi MEOR. Pada penelitian ini dilakukan ekplorasi komunitas mikroba pada sumur minyak bumi ABG-02 Jatibarang dan sumur LDK-21 Cepu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunitas mikroba pada kedua sumur yang berpotensi untuk aplikasi MEOR secara culture-independet dan culture-dependent. Culture-independent dilakukan dengan sekuensing gen 16S rRNA dari sampel lingkungan menggunakan next-generation sequencing (NGS). Hasil sekuensing dianalisis menggunakan tools yaitu QIIME2 untuk taxonomy annotation dan PICRUSt2 untuk prediction annotation. Pendekatan culture-dependent dilakukan dengan mengisolasi mikroba pada plate agar dan dilakukan skrining suhu 50 oC. Kemudian dilakukan karakterisasi morfologi secara makroskopis dan mikroskopis. Isolat yang diperoleh diidentifikasi dengan MALDI-TOF MS. Berdasarkan analisis taxonomi, didapatkan 9 filum bakteri predominan pada sumur LDK-21 yang berasal dari kelompok Proteobacteria, Bacteriodetes, Firmicutes, Chloroflexi, Actinobacteria, Patescibacteria, Caldatribacteria, Desulfobacteria dan Thermatoga, dengan kelimpahan relatif paling tinggi pada filum Bacteriodetes. Sedangkan pada sumur ABG-02 teridentifikasi hanya ada 6 filum yaitu Proteobacteria, Bacterioidetes, Firmicutes, Chloroflexi, Actinobacteria dan 1 kelompok unidentified, dengan kelimpahan relatif tertinggi adalah kelompok Proteobacteria. Nilai alpha diversity mikroba pada sumur dihitung dengan indeks Shannon, Simpson dan Chao1, menunjukkan nilai dari sumur LDK-21 yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumur ABG-02. Keanekaragaman kelimpahan mikroba pada sumur LDK-21 termasuk kategori kenakeragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang, serta memiliki nilai estimasi jumlah spesies yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumur ABG-02. Berdasarkan analisis prediksi fungsi menggunakan data base KEGG, diprediksi pada kedua sumur terdapat bakteri yang memiliki pathway metabolisme K00626 dan K01897 yang merupakan pathway biosintesis dan degradasi asam lemak. Mikroba pada kedua sumur juga diprediksi memiliki enzim EC.2.3.1.9, EC.6.2.1.3 dan EC.6.4.1.2 yang berperan dalam produksi Acyl-CoA untuk biosistesis lipid seperti rhamnolipid. Berdasarkan analisis dengan data base MetaCyc, diprediksi juga bahwa mikroba pada kedua sumur memiliki jalur metabolisme beta-oksidasi yang menjadi core pathway dalam biositesis lipid. Sedangkan secara culture-dependent, pada sumur ABG-02 berhasil diisolasi sebanyak 15 isolat termofilik dan pada sumur LDK-21 diperoleh sebanyak 10 isolat termofilik. Isolat yang berhasil diisolasi pada kedua sumur, didominasi oleh kelompok bakteri Gram positif dan berbentuk basil. Isolat pada sumur ABG-02 yang berhasil diidentifikasi yaitu Bacillus licheniformis, Bacillus cereus, Bacillus subtilis, dan Bacillus pumilus. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa culture-dependent maupun culture-independent, dapat dilakukan untuk memprediksi mikroba indigen yang berasal dari sumur. Selain itu, pada sumur terdapat mikroba yang memiliki potensi fungsi fisiologi untuk diaplikasikan pada teknologi MEOR.