Pembangunan rel kereta cepat Jakarta-Bandung yang membentang sepanjang 142,3
km akan mempengaruhi pola tutupan lahan wilayah. Koridor perkotaan JakartaBandung yang merupakan wilayah dengan petak-petak perkotaan yang terhubung
oleh bundel jejaring infrastruktur transportasi dan memiliki bentuk yang linier akan
menjadi salah satu objek pengaruh utama dari keberadaan infrastruktur kereta cepat.
Dari situ muncul pertanyaan bagaimana interaksi antara infrastruktur transportasi
berskala besar dengan perkembangan bentuk dan struktur koridor perkotaan, yang
ia sendirinya merupakan permasalahan yang kompleks oleh karena dimensinya yang
luas; mencakup politik, ekonomi, sosial, geografi, serta perencanaan dan
administrasi perkotaan. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kereta cepat terhadap perkembangan bentuk dan struktur koridor perkotaan
Jakarta-Bandung. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara melakukan dua
pemodelan dari wilayah koridor perkotaan Jakarta-Bandung dalam waktu dua puluh
tahun ke depan, yang mana kasus pertama mensimulasikan koridor perkotaan
Jakarta-Bandung jika kereta cepat tidak dibangun dan kasus kedua mensimulasikan
koridor perkotaan Jakarta-Bandung jika kereta cepat dibangun, sehingga
infrastruktur kereta cepat akan menjadi variabel pembeda. Metodologi penelitian ini
akan menggunakan teknik pemodelan cellular automata yang merupakan pemodelan
berbasis sel/piksel. Data berupa gambar citra satelit serta shapefile infrastruktur
diolah dengan ArcGIS dan kemudian dimodelkan dan disimulasi dengan QGIS
berplugin MOLUSCE. Berlanjut dari pemodelan dan simulasi, kedua model akan
dianalisis secara spasial dengan ArcGIS untuk dikomparasi berdasarkan tiga
komponen koridor perkotaan — struktur, kelinieran, dan keterhubungan — untuk
mengetahui perbedaan perkembangan bentuk dan struktur koridor perkotaannya.
Dari sana, pengaruh kereta cepat terhadap perkembangan bentuk dan struktur
koridor perkotaan dapat diidentifikasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa
infrastruktur kereta cepat mentransformasi koridor perkotaan Jakarta-Bandung ke
tahap rapid transit dan metropolitanisme, menjaga bentuk kelinieran koridor, serta
mendorong proses urbanisasi di sepanjang garis tengah koridor. Disrupsi
perkembanngan koridor perkotaan Jakarta-Bandung ini perlu dikendalikan
pertumbuhannya, baik pada tingkatan kota dan kabupaten, maupun pada tingkatan
provinsi dan nasional oleh pemerintah dan perencana.