digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Farchan Alfaraby
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Farchan Alfaraby
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Farchan Alfaraby
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Farchan Alfaraby
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Farchan Alfaraby
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Baja adalah paduan logam yang paling umum digunakan di dunia dengan permintaan sekitar 2 miliar ton/tahun. Blast Furnace sebagai rute yang dominan dalam produksi baja menghasilkan 2,15 ton gas CO2/ton besi wantah. Gas CO2 di luar siklus karbon pendek seperti yang dihasilkan blast furnace tidak akan terserap dengan baik oleh tumbuhan. Gas CO2 yang tidak terserap akan berkumpul di atmosfer sehingga menimbulkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca menginisiasi terjadinya peristiwa pemanasan global. Berawal dari isu pemanasan global muncul beberapa alternatif proses reduksi bijih besi yaitu elektrolisis suhu tinggi dan reduksi dengan gas hidrogen. Proses elektrolisis suhu tinggi menghasilkan oksigen sebagai produk samping dan reduksi dengan gas hidrogen menghasilkan uap air sebagai produk samping. Dalam mengevaluasi potensi penggunaan alternatif proses di masa yang akan datang, analisis kelayakan sangat diperlukan baik dalam aspek teknis maupun ekonomi. Studi literatur dimulai dengan mengumpulkan jurnal, buku, serta sumber informasi yang terkait dengan karakteristik bijih besi, proses elektrolisis suhu tinggi, proses reduksi dengan gas hidrogen, penggunaan anoda inert pada elektrolisis bijih besi, performa elektrolit yang digunakan, pembuatan gas hidrogen, dan perbedaan penggunaan reduktor gas CO dan H2. Literatur yang telah terkumpul kemudian dipelajari dan dianalisis untuk memperoleh informasi-informasi yang selanjutnya digunakan untuk membuat pembahasan yang komprehensif untuk menjawab tujuan yang telah dirumuskan Hasil studi literatur ini menunjukkan bahwa penelitian mengenai elektrolisis suhu tinggi dan reduksi dengan gas hidrogen belum banyak dilakukan. Selain itu diperoleh beberapa poin penting diantaranya: (1) Permintaan produksi gas hidrogen dari elektrolisis air sangat bergantung pada kebijakan seperti harga listrik karena harga produksi yang mahal yaitu USD 10,3/kg gas H2; (2) Penggunaan reduktor gas H2 memerlukan suplai energi yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan syngas dan membutuhkan reaktor yang lebih kecil; (3) lelehan MgO-CaO-Al2O3-SiO2 berpotensi digunakan sebagai elektrolit dalam produksi logam besi karena dapat beroperasi di suhu tinggi; (4) Iridium berpotensi digunakan sebagai anoda inert untuk elektrolisis bijih besi, tetapi jumlahnya sangat terbatas; (6) Berdasarkan analisis kelayakan, teknologi Molten Oxide Electrolysis (MOE) berpotensi digunakan di masa yang akan datang karena CAPEX yang rendah, emisi gas CO2 yang rendah, dan laju produksi yang tinggi. Masalah pencarian anoda inert dalam jumlah berlimpah untuk teknologi MOE sangat krusial untuk mewujudkan proses yang ramah lingkungan sehingga penelitiannya menarik untuk diteliti dan dipelajari lebih lanjut.