digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yeny
PUBLIC Open In Flip Book Alice Diniarti

Frekuensi bencana banjir yang tinggi di berbagai wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia merupakan salah satu indikator rendahnya kinerja DAS terutama pada kriteria tata air. Saat ini telah tersedia model Soil and Water Assesment Tool (SWAT) yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture, USDA) dan dapat digunakan untuk menganalisis sistem tata air DAS. Keunggulan model SWAT adalah efisien secara komputasi dalam mensimulasikan sistem tata air DAS dan strategi manajemen lahan yang bervariasi secara efektif dan efisien. Model SWAT merupakan sebuah model hidrologi berbasis fisik yang mensimulasikan faktor iklim, penggunaan lahan, jenis tanah, dan kemiringan lereng untuk memprediksi dampak praktek pengelolaan lahan yang berakibat terhadap kondisi hidrologi, sedimen, dan kimia pertanian sebuah DAS. Tujuan penelitian adalah menilai kinerja Sub DAS Batang Asai dari kriteria tata air dan mengembangkan skenario penggunaan lahan dengan menggunakan model SWAT. Metode penelitian menggunakan sub kriteria Koefisien Aliran Tahunan (KAT) dan Koefisien Regim Aliran (KRA) yang dianalisis oleh Model SWAT untuk menilai kinerja Sub DAS Batang Asai berdasarkan Permenhut no.61/Menhut-II/2014. Tahapan penelitian adalah melakukan kalibrasi dan validasi model dengan cara membandingkan nilai debit hasil model dengan nilai debit observasi outlet Batang Singkut-Rantau Tenang menggunakan metode statistik Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE) dan koefisien determinasi (R2), menganalisis nilai KAT dan KRA terkini Sub DAS Batang Asai, mengembangkan 3 skenario perubahan penggunaan lahan yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja Sub DAS Batang Asai, dan melakukan analisis manajemen pada salah satu lahan di skenario terbaik. Skenario perubahan penggunaan lahan terdiri dari skenario 1 dengan prinsip pemanfaatan lahan dengan kaidah konservasi tanah dan air, skenario 2 dengan prinsip restorasi hutan di lahan curam, dan skenario 3 dengan prinsip restorasi hutan di wilayah sempadan sungai. Hasil penelitian menunjukkan tingkat performa model pada proses kalibrasi dan validasi adalah baik dengan nilai NSE (0,76) dan R2 (0,75) pada proses kalibrasi dan nilai NSE (0,5) dan R2 (0,6) pada proses validasi. Penilaian kinerja menunjukkan bahwa kinerja Sub DAS Batang Asai adalah rendah, dengan kelas kerusakan sedang pada sub kriteria KAT (0,36) dan kelas kerusakan tinggi pada sub kriteria KRA (103,74). Skenario 1 meningkatkan kinerja Sub DAS Batang Asai dengan cara menurunkan aliran permukaan sebesar (52,94%), menurunkan nilai KAT menjadi (0,27) dan KRA menjadi (51,29). Analisis manajemen lahan dilakukan pada guna lahan pertanian lahan kering campur (PLKC) yang merupakan kebun karet di Desa Lubuk Bedorong, Desa Temalang, dan Desa Berkun. Teknik konservasi yang dapat meningkatkan kinerja Sub DAS Batang Asai dari guna lahan kebun karet adalah penerapan sistem wanatani (agroforestry) pada lahan kebun karet dengan sistem sisipan, penerapan sistem tanam sesuai kontur dan teras gulud pada lahan curam. Sistem wanatani berbasis karet memiliki 2 pola tanam, yaitu sistem tebas bakar dan sistem sisipan. Pola tanam dengan sistem sisipan memberikan hasil indikator kelayakan usaha atau Net Present Value (NPV 20% ) yang lebih baik dibandingkan dengan sistem tebas bakar karena rendahnya biaya tenaga kerja dan besarnya pendapatan yang dapat dikembalikan kepada setiap tenaga kerja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kinerja Sub DAS Batang Asai dari kriteria tata air menurut model SWAT adalah rendah dan skenario terbaik yang dapat meningkatkan kinerja Sub DAS Batang Asai adalah skenario 1, dengan prinsip pemanfaatan lahan dengan kaidah konservasi.