Frekuensi bencana banjir yang tinggi di berbagai wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Indonesia merupakan salah satu indikator rendahnya kinerja DAS terutama pada kriteria tata air.
Saat ini telah tersedia model Soil and Water Assesment Tool (SWAT) yang dikembangkan oleh
Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture, USDA) dan
dapat digunakan untuk menganalisis sistem tata air DAS. Keunggulan model SWAT adalah efisien
secara komputasi dalam mensimulasikan sistem tata air DAS dan strategi manajemen lahan yang
bervariasi secara efektif dan efisien. Model SWAT merupakan sebuah model hidrologi berbasis
fisik yang mensimulasikan faktor iklim, penggunaan lahan, jenis tanah, dan kemiringan lereng
untuk memprediksi dampak praktek pengelolaan lahan yang berakibat terhadap kondisi hidrologi,
sedimen, dan kimia pertanian sebuah DAS. Tujuan penelitian adalah menilai kinerja Sub DAS
Batang Asai dari kriteria tata air dan mengembangkan skenario penggunaan lahan dengan
menggunakan model SWAT. Metode penelitian menggunakan sub kriteria Koefisien Aliran
Tahunan (KAT) dan Koefisien Regim Aliran (KRA) yang dianalisis oleh Model SWAT untuk
menilai kinerja Sub DAS Batang Asai berdasarkan Permenhut no.61/Menhut-II/2014. Tahapan
penelitian adalah melakukan kalibrasi dan validasi model dengan cara membandingkan nilai debit
hasil model dengan nilai debit observasi outlet Batang Singkut-Rantau Tenang menggunakan
metode statistik Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE) dan koefisien determinasi (R2), menganalisis
nilai KAT dan KRA terkini Sub DAS Batang Asai, mengembangkan 3 skenario perubahan
penggunaan lahan yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja Sub DAS Batang Asai, dan
melakukan analisis manajemen pada salah satu lahan di skenario terbaik. Skenario perubahan
penggunaan lahan terdiri dari skenario 1 dengan prinsip pemanfaatan lahan dengan kaidah
konservasi tanah dan air, skenario 2 dengan prinsip restorasi hutan di lahan curam, dan skenario 3
dengan prinsip restorasi hutan di wilayah sempadan sungai. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
performa model pada proses kalibrasi dan validasi adalah baik dengan nilai NSE (0,76) dan R2
(0,75) pada proses kalibrasi dan nilai NSE (0,5) dan R2 (0,6) pada proses validasi. Penilaian kinerja
menunjukkan bahwa kinerja Sub DAS Batang Asai adalah rendah, dengan kelas kerusakan sedang
pada sub kriteria KAT (0,36) dan kelas kerusakan tinggi pada sub kriteria KRA (103,74). Skenario
1 meningkatkan kinerja Sub DAS Batang Asai dengan cara menurunkan aliran permukaan sebesar (52,94%), menurunkan nilai KAT menjadi (0,27) dan KRA menjadi (51,29). Analisis manajemen
lahan dilakukan pada guna lahan pertanian lahan kering campur (PLKC) yang merupakan kebun
karet di Desa Lubuk Bedorong, Desa Temalang, dan Desa Berkun. Teknik konservasi yang dapat
meningkatkan kinerja Sub DAS Batang Asai dari guna lahan kebun karet adalah penerapan sistem
wanatani (agroforestry) pada lahan kebun karet dengan sistem sisipan, penerapan sistem tanam
sesuai kontur dan teras gulud pada lahan curam. Sistem wanatani berbasis karet memiliki 2 pola
tanam, yaitu sistem tebas bakar dan sistem sisipan. Pola tanam dengan sistem sisipan memberikan
hasil indikator kelayakan usaha atau Net Present Value (NPV 20% ) yang lebih baik dibandingkan
dengan sistem tebas bakar karena rendahnya biaya tenaga kerja dan besarnya pendapatan yang
dapat dikembalikan kepada setiap tenaga kerja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kinerja Sub
DAS Batang Asai dari kriteria tata air menurut model SWAT adalah rendah dan skenario terbaik
yang dapat meningkatkan kinerja Sub DAS Batang Asai adalah skenario 1, dengan prinsip
pemanfaatan lahan dengan kaidah konservasi.