digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


2021 TS TK R Bimo Wahyu Kusumo 23016037 Bab 1.pdf)u
EMBARGO  2027-06-03 

2021 TS TK R Bimo Wahyu Kusumo 23016037 Bab 2.pdf)u
EMBARGO  2027-06-03 

2021 TS TK R Bimo Wahyu Kusumo 23016037 Bab 3.pdf)u
EMBARGO  2027-06-03 

2021 TS TK R Bimo Wahyu Kusumo 23016037 Bab 4.pdf)u
EMBARGO  2027-06-03 

2021 TS TK R Bimo Wahyu Kusumo 23016037 Bab 5.pdf)u
EMBARGO  2027-06-03 

Listrik merupakan salah satu energi yang penting bagi kebutuhan manusia saat ini. Energi listrik dihasilkan dengan berbgai cara salah satunya dengan menggunakan tenaga uap. Tenaga uap dihasilkan dengan cara memanaskan air hingga berubah menjadi uap. Panas yang dibutuhkan pada saat pemanasan air menjadi uap salah satunya dihasilkan dari pembakaran batu bara. Hasil dari pembakaran batu bara yaitu berupa gas emisi. Gas emisi tidak bisa langsung dibuang menuju ke atmosfer karena mengandung gas-gas yang akan merusak lingkungan, salah satunya adalah karbon dioksida. Karbondioksida merupakan gas hasil pembakaran, gas karbondioksida hasil pembakaran pada PLTU batu bara tidak bisa dilepas dalam jumlah yang besar menuju atmosfer sebab akan menyebabkan pemanasan global, sehingga PLTU batu bara harus memasang unit penangkap gas karbon dioksida untuk memisahkan gas karbondioksida dari gas yang akan dilepas menuju atmosfer. Unit penangkap karbondioksida sangatlah mahal, sehingga itu menjadi beban untuk PLTU. Maka dari itu karbon dioksida hasil penangkapan haruslah diolah agar menghasilkan nilai ekonomi bagi PLTU. Pada penelitian ini PLTU batu bara dirancang untuk menghasilkan listrik sebesar 1000 MW yang dipasang juga dengan unit penangkap karbon diosida. Gas karbondiosida yang telah ditangkap kemudian dijadikan bahan baku untuk memproduksi metanol dengan reaksi hidrogenasi dengan ditambah hidrogen pada reaksi tersebut. Hidrogen dihasilkan mengunakan reaksi elektrolisis yang membutuhkan air dan juga menghasilkan produk samping yaitu oksigen. ii PLTU yang telah terintegrasi dengan unit pengolahan karbondioksida kemudian dilakukan analisis baik itu secara teknik dan juga ekonomi utnuk mengetahui apakah PLTU bisa berjalan baik secara teknik maupun ekonomi. PLTU batu bara 1000MW membutuhkan batu bara sebanyak 255 ton/jam, dan menghasilkan karbondioksida sebanyak 652 ton/jam. Hidrogen yang diperlukan untuk mengolah karbondioksida sebanyak 89,6 ton/jam. Metanol yang diproduksi sebanyak 2,08 juta ton/ tahun, dengan yield metanol 0,53 ton/ 1 ton karbondioksida, dengan kemurnian metanol mencapai 99%. Kondisi operasi pada reaktor produksi metanol yaitu tekanan 100 bar dan suhu 130oC. Produksi hidrogen dengan proses elektrolisis masih belum bisa dilakukan sebab biaya elektrolisis masihlah sangat mahal, sehingga PLTU tidak feasibel secara ekonomi, tetapi tidak menutup kemungkinan di masa depan elektrolisis bisa dipakai jika biaya elektrolisis sudah tidak mahal. PLTU batu bara sebaiknya didirikan di mana lokasi tersebut memiliki sumber batu bara yang berlimpah, dan di Indonesia itu terletak di Kalimantan tengah. PLTU batu bara yang terintegrasi dengan unit produksi metanol belum layak setelah dilakukan analisis ekonomi, di mana nilai NPV berrnilai negatif yaitu Rp -1,99 triliun, IRR bernilai 5% di mana lebih kecil daripada nilai bunga bank pada umumnya yaitu 5,5% dan juga nilai DPBP yaitu waktu saat PLTU telah kembali modalnya, dan DPBPnya yaitu lebih dari 30 tahun,