Dewasa ini, perawatan prediktif berbasis sinyal getaran masih mengandalkan
spektrum frekuensi karena spektrum frekuensi dapat memisahkan (dekomposisi)
sinyal-sinyal getaran ciri kerusakan mesin dengan baik. Akan tetapi, keunggulan
ini tak lepas dari kelemahan spektrum frekuensi dalam hal akurasi spektrum
disebabkan adanya fenomena kebocoran spektrum. Fenomena ini terjadi ketika
panjang waktu rekam tidak sama persis dengan kelipatan bulat dari periode sinyal
yang diukur. Bila hal ini terjadi, spektrum frekuensi akan mengalami
penyimpangan (error) amplitudo, frekuensi, maupun sudut fasa. Penyimpangan ini
dapat menimbulkan konsekuensi fatal berupa adanya kesalahan interpretasi tentang
kondisi mesin.
Ada berbagai upaya mitigasi yang diusulkan dalam rangka meminimalkan
kesalahan spektrum frekuensi. Salah satunya adalah dengan cara melakukan
pemotongan sinyal sedemikian rupa sehingga panjang waktu rekam menjadi sama
persis dengan kelipatan bulat (integer) dari periode sinyal. Sayangnya, cara ini akan
memerlukan pengukuran ulang ketika sinyal hanya memiliki panjang waktu rekam
tertentu yang lebih pendek daripada periode sinyal. Sebagai konsekuensinya, proses
perekaman dan pemotongan sinyal akan bersifat iteratif sehingga cara ini menjadi
tidak praktis untuk dilakukan di lapangan. Bahkan, seringkali cara ini mustahil
untuk dilakukan karena sinyal getaran mesin pada umumnya tidak hanya
mengandung satu buah komponen tetapi juga beberapa frekuensi yang berasal dari
berbagai sumber. Masing-masing dari komponen memiliki periode yang heterogen
sehingga sinyal gabungan akan memiliki periode yang sangat panjang atau bahkan
tak berhingga. Hal ini membuat panjang waktu rekam yang benar menjadi sangat
sulit atau bahkan mustahil untuk dipilih.
Terdapat sebuah teknik klasik yang masih diterapkan pada perangkat akusisi data
modern karena alasan kepraktisan, yaitu teknik windowing. Teknik ini
memanfaatkan suatu fungsi matematika yang dinamakan fungsi window untuk
membobot sinyal domain waktu hasil pengukuran sebelum sinyal
ditransformasikan menjadi spektrum frekuensi. Fungsi ini dirancang sebagai fungsi
yang bernilai nol pada bagian awal maupun akhir, namun tidak nol pada bagian
tengah. Selain itu, sinyal ini juga dirancang agar memiliki rentang domain waktu
yang sama dengan rentang domain waktu milik sinyal hasil pengukuran. Dengan rancangan tersebut, fungsi window dapat dikalikan dengan sinyal hasil pengukuran
di mana sinyal hasil perkalian akan memiliki nilai nol pada bagian awal maupun
pada bagian akhir. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kebocoran spektrum
dengan cara menghilangkan diskontinuitas sinyal di bagian pertemuan antara titik
akhir sinyal dengan titik awal sinyal ketika sinyal diulang.
Penggunaan teknik windowing pada perangkat akuisisi data perlu dipertimbangkan
ulang karena beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa teknik tersebut masih
menghasilkan kesalahan (error) spektrum yang signifikan. Bahkan, kesalahan
tersebut dipengaruhi oleh pengaturan parameter pengukuran sinyal sehingga
pengaturan yang berbeda akan menghasilkan spektrum frekuensi yang berbeda
meskipun pengukuran dilakukan terhadap sinyal yang sama. Selain itu, penelitianpenelitian tersebut juga membuktikan bahwa kesalahan puncak spektrum tidak
dapat direduksi dengan cara memperpanjang waktu rekam ataupun dengan cara
menaikkan frekuensi pencuplikan sinyal.
Bertolak dari permasalahan yang dipaparkan, dalam penelitian ini akan dilakukan
analisis kesalahan puncak spektrum akibat penerapan teknik windowing. Dalam
analisis ini dicari persamaan matematika yang menggambarkan karakteristik
kesalahan puncak spektrum. Persamaan ini akan divalidasi baik secara numerik
maupun secara eksperimental. Setelah validasi dilakukan, persamaan ini akan
diselesaikan secara analitik untuk keperluan penyusunan algoritma baru yang
mampu mereduksi kebocoran spektrum. Algoritma ini kemudian diuji baik secara
numerik maupun secara eksperimental. Pengujian numerik menunjukkan bahwa
algoritma ini mampu memperkirakan parameter sinyal secara akurat pada rentang
indeks frekuensi yang lebar. Selain itu, algoritma ini juga mampu mencegah
munculnya puncak palsu dan juga mampu mencegah hilangnya puncak asli pada
spektrum. Sementara itu, ada dua buah pengujian eksperimental yang dilakukan
dengan objek uji yang berbeda, yaitu bantalan gelinding dan sistem getaran dua
derajat kebebasan. Pengujian pertama membuktikan bahwa algoritma yang
diusulkan mampu memperkirakan frekuensi ciri kerusakan bantalan gelinding
secara akurat. Pengujian kedua menunjukkan bahwa algoritma ini mampu
memperkirakan amplitudo dan sudut fasa sinyal dengan baik. Hal ini dibuktikan
dengan konvergensi kurva FRF (Fungsi Respon Frekuensi) ketika intensitas
terjadinya kebocoran spektrum diturunkan.