Indonesia mengonsumsi energi listrik untuk digunakan sebagai sistem pendinginan ruangan berkisar sebesar 24,9% dari total penggunaan listrik. Cara alternatif yang telah digunakan untuk mengurangi konsumsi listrik untuk pendinginan ruangan adalah dengan menggunakan metode pendinginan pasif. Salah satu teknik pada metode pendinginan pasif adalah dengan teknik water roof. Teknik water roof menggunakan kolam air di atas atap guna menahan panas dari radiasi matahari. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh penerapan teknik water roof terhadap pengondisian udara.
Studi penerapan pengondisian temperatur udara ruangan dengan teknik water roof dilakukan menggunakan metode simulasi CFD di Kota Bandung secara transient yang disesuaikan dengan penelitian yang telah dilakukan di luar negeri. Dimensi bangunan untuk pemodelan simulasi CFD sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Pearlmutter [4]. Data hasil simulasi diambil pada rentang waktu satu jam, dengan asumsi panas hanya bersumber dari radiasi matahari, dan dinding dianggap adiabatik. Hasil ketika menggunakan teknik water roof temperatur ruangan turun 2,9? pada bulan Januari 2021 dan 3,69? untuk rata-rata satu tahun dengan standar deviasi 0,52. Penurunan temperatur ini disebabkan panas masuk ke dalam ruangan yang melalui atap sebagian diserap oleh air yang berada di atas atap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik water roof di Kota Bandung memiliki potensi untuk penghematan listrik pada sektor pendinginan temperatur ruangan.