digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2005_TS_PP_PUTRIYANTI_1.pdf
PUBLIC Irwan Sofiyan

ABSTRAK: IDENTIFIKASI TAHAPAN USAHA PENGUSAHA FOUNDER DAN NON FOUNDER (Studi Kasus Pengusaha Komoditas Karet Dan Logam, Rajut Dan Keramik Industri Kecil Di Bandung) Oleh Ayi Intan Putriyanti MM : 23402027 Di semua hampir negara, khususnya di Indonesia, ada masalah pengangguran. Masalah pengangguran biasanya dikaitkan dengan besar lowongan pekerjaan. Sehingga kemudian pemerintah mentargetkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi agar tersedia lowongan pekerjaan yang cukup untuk menampung pertumbuhan tenaga kerja. Logika bahwa untuk mengurangi pengangguran dengan meningkatkan tingkat pertumbuhan muncul dari logika berfikir bahwa orang pada usia kerja lebih banyak yang mencari pekerjaan, menjadi pegawai daripada membuka usaha sendiri. Bagaimana bila ternyata cukup besar yang bukan ingin menjadi pegawai , tetapi ingin membuka usaha sendiri? Salah satu solusinya adalah dengan menumbuhkan sentra industri kecil. Industri kecil dan pedesaan menyerap lebih dari 85% dari total tenaga kerja Indonesia. Dan 65% tenaga kerja tersebut diserap oleh usaha-usaha kecil yang hidup di dalam Master (Bulger et al, 2001). Departemen Perindustrian dan Perdagangan telah mendefinisikan Master sebagai sentra industri kecil. Dalam sentra industri kecil, di lapangan, kita mengenal dua kelompok besar pelaku bisnis (entrepreneur), yaitu entrepreneur founder dan non founder. Bila ingin menumbuhkan sentra industri tentu harus mengetahui bagaimana menumbuhkan entrepreneur founder dan non founder. Penelitian ini fokus rnencoba untuk melihat secara empirik pola umum tahapan ngaha. entrepreneur founder dan non founder, perbedaan antara tahapan usaha founder dan non founder dan perbedaan tahapan usaha antara komoditas yang berbeda. Komoditas yang dipilih adalah komoditas karet dan logam, komoditas rajut dan komoditas keramik di kota Bandung. Data yang digunakan adalah data life story pengusaha founder dan nonfounder. Pengolahan data menggunakan metode matriks tertata waktu dan matrik meta tertata waktu untuk membandingkan antar sampel. Secara umum pola tahapan usaha yang berhasil diidentifikasi adalah tahap (1) Pre Start Up stage, yaitu saat seorang pengusaha termotivasi menjadi seorang entrepreneur, mengidentifikasi peluang usaha dan melakukan persiapan-persiapan awal, (2) Start Up stage, tahap memulai usaha, memulai produksi dan pemasaran awal, (3) Early Growth Stage, pertumbuhan awal yang ditandai denganmenaiknya penjualan, (4) Later Growth Stage, being manager, pertumbuhan lanjut yang ditandai dengan mulai berkembangnya usaha dengan mulai melegalkan usaha, pengembangan pasar dan pengusaha berperan sebagai manajer, (5) Later Growth Stage, indirect control, perusahaan telah mengadopsi sistem produksi dan tim-tim yang profesional, maka pengusaha dapat mengawasi perusahaan dengan total indirect control. Pada fenomena sentra industri yang diteliti, diidentifikasi perbedaan tahapan usaha antara founder dan non founder ada pada tahap Pre Start Up stage, dimana semua founder menguasai aspek teknis dulu, berbeda dengan non founder, ada yang menguasai pasar dulu. Kemudian pada perkembangan berikutnya founder belum banyak saingan sehingga ketika tahap Early Growth Stage, lebih mudah menguasai pasar. Di lain pihak, karena zaman non founder lebih maju akses sarana komunikasinya dan mendapat bantuan dari pemerintah, non founder lebih maju dari pada founder dalam segi pengembangan pasar yaitu pada tahap Later Growth Stage, being manager dan hal ini yang menyebabkan pengusaha non founder dapat masuk ke tahap usaha selanjutnya, yaitu Later Growth Stage, indirect control. Perbedaan tahapan usaha antar komoditas, disebabkan adanya perbedaan karakteristik komoditas dan karakteristik pengusaha. Capaian tahapan usaha lebih maju pada karakteristik komoditas yang menjadi part banyak produk, seperti pada komoditas karet dan logam yang merupakan part produk dengan spektrum yang luas, dari mulai alat-alat otomotif, sampai alat-alat tulis. Pabrik-pabrik besar penghasil produk-produk tersebut diuntungkan dengan bisa mensubkontrakkan pembuatan sparepart yang jumlahnya ribuan ini ke industri kecil, memudahkan pekerjaaan dan lebih murah karena dikerjakan industri kecil yang memiliki mesin dan keterampilan khusus dan struktur ongkosnya sederhana. Tak hanya itu pabrik besarpun membantu peningkatan teknologi industri kecil agar produknya berkualitas. Karena mendapatkan bantuan teknologi dari pabrik besar, volume perljualan yang besar dan kontinu, maka industri kecil bisa mengernbangkan sistem produksinya dan sistem perusahaan secara keseluruhan. Bila ditinjau dari teori Staley dan Morse (1965), komoditas karet dan logam termasuk komoditas usaha yang mengerjakan proses manufaktur secara terpisah, yang di Amerika terbukti merupakan usaha kecil yang paling sukses dan mampu berkembang menjadi perusahaan besar. Dalam komoditas yang sama, ditemukan bahwa tidak semua pengusaha mengalami tahapan usaha yang sama. Tahapan usaha lebih maju terjadi pada pengusaha dengan karakteristik mau terbuka dan mau bersulit-sulit berhubungan dengan pihak luar seperti pemerintah, dengan mendaftarkan usahanya, mau proaktif dalam forum-forum yang difasilitasi pemerintah yang menghubungkan industri keeil dan besar, dan kemudian mau berusaha menarik perhatian industriindustri besar untuk bekerja sama, berhasil mendapatkan training peningkatan kemampuan teknologi dan berhasil menjaga kepercayaan dari pemerintah dan pabrik-pabrik besar dengan menghasilkan produk-produk bermutu tinggi.