digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Khusnul Sholaikhah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Khusnul Sholaikhah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Khusnul Sholaikhah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Khusnul Sholaikhah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Khusnul Sholaikhah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Khusnul Sholaikhah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Khusnul Sholaikhah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Bakteri resisten antibiotik muncul dan berevolusi hingga menjadi ancaman baru di bidang medis. Bakteri resisten antibiotik seperti Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Bacillus cereus, Bacillus megaterium, dan Mycobacterium tuberculosis dapat terbawa udara menjadi bioaerosol. Bioaerosol dapat menjadi ancaman kesehatan bagi pekerja dan pengunjung fasilitas kesehatan. Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat merupakan laboratorium pengujian sampel medis pengujian COVID-19, sehingga penting memperhatikan keselamatan kerja dan lingkungan termasuk ancaman bakteri resisten antibiotik. Penelitian ini mengevaluasi keberadaan bakteri resisten antibiotik pada sampel udara enam ruangan di Labkesda Jawa Barat. Delapan isolat yang tumbuh di medium Nutriens Agar dan Reasoner’s 2A Agar diujikan terhadap antibiotik ampicillin, amoxicillin, chloramphenicol, dan ciprofloxacin pada sepuluh konsentrasi berbeda menggunakan metode broth microdilution. Kultur diinkubas i pada suhu ruang dan diukur densitas optik dengan panjang gelombang 595 nm pada 0 jam dan 24 jam setelah inkubasi. Isolat dikategorikan menjadi super-resistant, resistant, intermediary-resistant, dan sensitive berdasarkan konsentrasi hambat minimum (MIC) terhadap masing-masing antibiotik. Terdapat 2 isolat (Bacillus clausii AS1 dan B. cereus V1) yang ditemukan di ruang Quality Control, ruang swab, dan laboratorium BSL 2 super-resistant terhadap ampicillin (MIC 64 mg/l), 1 isolat (B. subtilis G2) yang ditemukan di laboratorium BSL 2 intermediaryresistant terhadap ampicillin (MIC 16 mg/l), serta 5 isolat lainnya (B. megaterium F1, B. megaterium I1, Pantoea agglomerans A2, B. simplex O2, dan Micrococcus luteus S2) sensitive terhadap ampicillin (MIC ?8 mg/l). Terdapat 2 isolat (B. clausii AS1 dan B. cereus V1) yang ditemukan di ruang Quality Control, ruang swab, dan laboratorium BSL 2 super-resistant terhadap amoxicillin (MIC ?64 mg/l); 2 isolat (B. simplex O2 dan M. luteus S2) yang ditemukan di laboratorium BSL 2 resistant terhadap amoxicillin (MIC 32 mg/l); 2 isolat (P. agglomerans A2 dan B. subtilis G2) yang ditemukan di ruang pendaftaran dan laboratorium BSL 2 intermediaryresistant terhadap amoxicillin (MIC 16 mg/l); dan 1 isolat (B. megaterium I1) yang ditemukan di laboratorium BSL 2 sensitive terhadap amoxicillin (MIC 4 mg/l). Tidak ada isolat yang resistant terhadap chloramphenicol (MIC ?8 mg/l) maupun ciprofloxacin (MIC ?1 mg/l). Tidak ada isolat yang multi-drug resistant terhadap antibiotik yang diujikan.