COVER Salwa Halimatussadiyah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 1 Salwa Halimatussadiyah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Salwa Halimatussadiyah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Salwa Halimatussadiyah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Salwa Halimatussadiyah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Salwa Halimatussadiyah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Salwa Halimatussadiyah
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Skin care merupakan serangkaian produk atau praktik yang mendukung integritas kulit,
meningkatkan penampilan, dan memperbaiki kondisi kulit. Seiring pertumbuhan industri skin care,
dibutuhkan adanya kontrol yang memastikan keamanannya, salah satu yang harus dipenuhi adalah
stabilitas produk disepanjang periode produksi, penyimpanan, dan penggunaan. Skin care memiliki
potensi cukup besar untuk ditumbuhi mikroorganisme kontaminan, dimana selain akan menimbulkan
ketidakstabilan dalam jumlah mikroorganisme, tetapi juga dalam segi fisik (adanya perubahan warna,
bau, dan fasa) dan segi kimia (berkurangnya konsentrasi zat aktif dan pembentukan senyawa baru)
serta gangguan kesehatan bagi pengguna. Kontaminasi mikroorganisme dapat dikontrol dengan
penambahan pengawet ke dalam produk skin care, umumnya dengan kadar maksimum ? 1% sehingga
pengawet tersebut harus efektif dalam menghambat atau membunuh mikroorganisme. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk menentukan efikasi tiga variasi formula produk skin care X dengan
kandungan konsentrasi pengawet phenoxyethanol dan chlorphenesin yang berbeda melalui uji tantang
mikroorganisme Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Candida
albicans, dan Aspergillus niger berdasarkan acuan European Pharmacopoeia dan Farmakope
Indonesia yang umumnya digunakan oleh industri kosmetik nasional. Selain itu, dilakukan juga
evaluasi dengan uji pengguna langsung selama 8 minggu pemakaian. Dalam uji pengguna langsung,
formula yang telah digunakan dicuplik dan dilakukan metode spread(sebar) pada Tryptone Soybean
Agar (TSA) untuk menumbuhkan mikroorganisme kontaminan. Mikroorganisme kontaminan yang
tumbuh diidentifikasi secara sederhana dengan pengamatan morfologi koloni dan mikroskopis
Dilakukan pula pengujian hubungan/korelasi antara hasil uji tantang dan uji pengguna langsung
menggunakan uji statistik Spearman’s rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variasi
formula produk skin care lolos uji efikasi berdasarkan European Pharmacopoeia dan Farmakope
Indonesia dengan variasi yang paling direkomendasikan adalah variasi 1, diikuti variasi 2, kemudian
variasi 3. Selain itu, variasi 1, 2, dan 3 memiliki persentase kontaminasi secara berturut 75%, 75%,
dan 100% dengan rata-rata jumlah mikroorganisme kontaminan total variasi 1