digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kemajuan teknologi telekomunikasi khususnya di bidang seluler terjadi dengan sangat pesat dikarenakan kebutuhan untuk berkomunikasi dan bertukar data dengan cepat, mudah dan mobile. Pada saat ini, teknologi seluler di Indonesia telah memasuki era 4G (Fourth Generation) dimana jaringan pita lebar 4G LTE (Long-Term Evolution) tahap pertama di Indonesia telah diterapkan di pita frekuensi 900 MHz di akhir tahun 2014 dan akan dilanjutkan pada tahap kedua pada pita frekuensi 1800 MHz di kuartal pertama tahun 2015. Meskipun teknologi telekomunikasi berkembang dengan sangat pesat, masih terdapat tantangan terhadap peningkatan permintaan kecepatan akses data berikut dengan kehandalan dari layanan dimana teknologi 4G pun tidak dapat memenuhi dan hal ini yang memacu adanya penelitian terhadap teknologi terkini untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jaringan 5G sendiri dikenal dengan istilah IMT?2020. Kemunculan teknologi High Altitude Platform Station (HAPS) diharapkan menjadi salah satu alternatif solusi yang ditawarkan untuk mendukung penyebaran penetrasi broadband di Indonesia, khususnya untuk daerah pedesaan, terluar dan tertinggal. Perkembangan HAPS sendiri dalam beberapa tahun terakhir berevolusi dengan sangat cepat dan melahirkan sebuah teknologi baru yang diperuntukkan untuk jaringan terrestrial yang disebut dengan HAPS as IMT Base Station (HIBS) atau yang lebih dikenal dengan istilah HAPS Mobile Service (HMS). Tantangan tersendiri muncul terkait integrasi antara HAPS Mobile Service dengan jaringan terrestrial khususnya jaringan 5G dalam implementasinya di band ii frekuensi 700 MHz. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian berupa analisis interferensi HAPS Mobile Service terhadap jaringan terrestrial 5G pada pita frekuensi 700 MHz berdasarkan hasil keputusan WRC?19 dalam Artikel No. 5.313????. Dalam penelitian ini, akan dilakukan pemodelan jaringan berdasarkan skenario yang diusulkan serta perhitungan interferensi yang berpotensi muncul dan nantinya akan dianalisis lebih lanjut secara lebih dalam dan disajikan dalam bentuk kurva performa MATLABĀ® sehingga dapat diketahui separation distance minimun agar tidak terjadi interferensi pada area Urban, Dense Urban, maupun Rural. Berdasarkan hasil perhitungan maupun hasil kurva performa ????/???? pada interferensi HAPS Mobile Service terhadap BS, dengan menggunakan ???????? = 1 km, pada area Urban maupun area Dense Urban terjadi interferensi sepanjang lintasan yang diuji. Sedangkan pada area Rural, interferensi terjadi pada jarak 5 km. Untuk ???????? = 2.75 km, pada area Urban terjadi interferensi pada jarak 8 km. Pada area Dense Urban, interferensi terjadi pada jarak 12 km. Sedangkan untuk area Rural, tidak terjadi interferensi sepanjang lintasan yang diuji. Untuk ???????? = 3.5 km, pada area Urban, Dense Urban, dan Rural tidak terjadi interferensi sepanjang lintasan yang diuji. Sedangkan untuk hasil perhitungan maupun hasil kurva performa ????/???? pada interferensi HAPS Mobile Service terhadap MS, dengan menggunakan ????? = 1 km, pada area Urban maupun area Dense Urban terjadi interferensi sepanjang lintasan yang diuji. Sedangkan pada area Rural, interferensi terjadi pada jarak 4 km. Untuk ????? = 2.75 km, pada area Urban terjadi interferensi pada jarak 4.5 km. Pada area Dense Urban, interferensi terjadi pada jarak 8 km. Sedangkan untuk area Rural, tidak terjadi interferensi sepanjang lintasan yang diuji. Untuk ????? = 3.5 km, pada area Urban terjadi interferensi pada jarak 11 km. Pada area Dense Urban, interferensi terjadi pada jarak 20 km. Sedangkan untuk area Rural, tidak terjadi interferensi sepanjang lintasan yang diuji.