digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Transportasi kereta api merupakan mode transportasi yang memiliki efisiensi, realibility dan kapasitas angkut yang besar. Hadirnya teknologi Communication-Based Train Control (CBTC) memberikan dampak yang baik dalam banyak hal salah satunya penjadwalan kereta api yang lebih akurat dan informasi yang mudah didapatkan oleh pengguna sarana kereta api. Antusiasme dan kepercayaan masyarakat terhadap sarana transportasi ini berdampak pada penumpukan jumlah penumpang pada stasiun tertentu pada jam-jam sibuk. Peningkatan headway mengakibatkan gangguan berupa keterlambatan dan gangguan lainnya lebih rentan terjadi. Keterlambatan tersebut bila tidak segera diatasi dengan penjadwalan ulang dapat berpropagasi ke stasiun-stasiun selanjutnya dan mengganggu kenyamanan penumpang. Penjadwalan ulang menjadi pilihan utama untuk mengurangi dampak keterlambatan tersebut. Kehadiran teknologi CBTC yang saat ini sedang berkembang di Indonesia, salah satunya sistem Automated People Mover Systems (APMS) Bandara Soekarno Hatta, memungkinkan penjadwalan ulang Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) dilakukan secara cepat dan tepat. Pada tahap awal, terdapat regulasi sementara yang dikeluarkan Kementrian Perhubungan Republik Indonesia yang membatasi kecepatan kereta hingga 30 km/jam di area lurus dan 20 km/jam di area lengkung. Karenanya untuk mencapai headway tercepat, kecepatan maksimal kereta akan selalu tercapai sehingga solusi yang dapat dilakukan adalah mengurangi waktu tunggu. Waktu tunggu kereta memiliki ketidakpastian karena dipengaruhi jumlah naik turun penumpang kereta. Dibutuhkan pengontrol yang memenuhi kriteria optimal robas untuk menangani permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini, keterlambatan diatasi dengan cara mengontrol nilai waktu tunggu di stasiun. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan penjadwalan ulang GAPEKA yang mampu menangani ketidakpastian waktu keterlambatan akibat data jumlah naik turun penumpang sehingga didapatkan penjadwalan ulang GAPEKA yang memenuhi kriteria optimal robas. Aljabar Max-Plus digunakan untuk memodelkan jaringan kereta APMS. Kontrol Model Prediksi menjadi solusi menangani masalah keterlambatan hingga jadwal GAPEKA kembali pada kondisi normal. Himpunan ketidaktentuan polihedral dipilih dalam penentuan waktu tunggu menggunakan optimasi robas. Hasil penelitian menunjukan pemodelan jaringan kereta berhasil dibuat menggunakan Aljabar Max-Plus. Hasil keluaran Kontrol Model Prediksi mampu mengikuti trayektori referensi waktu keberangkatan. Permasalahan ketidakpastian waktu tunggu akibat jumlah naik turun penumpang dapat dirumuskan secara matematis menggunakan himpunan ketidakpastian polihedral. Meskipun waktu pemulihan GAPEKA tanpa optimasi robas lebih cepat hingga 16,35%, namun solusi persamaan ketidakpastian menggunakan Robas Counterpart memiliki keunggulan yaitu dapat diselesaikan secara computationally tractable dalam waktu polinom dengan solusi optimal global. ?