Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan sektor usaha yang memiliki peran vital dalam
perekonomian nasional. UMKM merupakan tulang punggung perekonomian suatu negara dalam
menghadapi berbagai krisis. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1998, banyak usaha
skala besar yang bangkrut, namun sektor UMKM terbukti tangguh dan memiliki daya tahan yang kuat
dalam menghadapi krisis. Peran UMKM dalam perekonomian Indonesia ditunjukkan dengan perannya
sebagai pelaku usaha terbesar, serta kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan produk
domestik bruto (PDB), ekspor dan penciptaan modal tetap atau investasi. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2018, jumlah UMKM di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun
2016 jumlah UMKM sebanyak 57.900.000 unit dan pada tahun 2017 jumlah UMKM tumbuh lebih dari
62.000.000 unit dan data terakhir pada tahun 2018 mencapai 64.198.000 unit. Sektor jasa merupakan
salah satu sektor yang memberikan PDB terbesar di Indonesia yaitu 5,7%.
Waralaba merupakan salah satu model bisnis yang sangat populer di dunia, termasuk di Indonesia. Hal
ini biasa terjadi karena waralaba membawa banyak keuntungan bagi pemilik waralaba dan penerima
waralaba. Menurut Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (WALI), pada 2018 sektor usaha
waralaba tumbuh lebih dari 3% dengan akumulasi pendapatan sebesar 150 triliun rupiah. Tiga sektor
utama diharapkan tumbuh pesat, kuliner (makanan dan minuman), jasa, dan ritel. Sektor makanan dan
minuman mendominasi bisnis waralaba di Indonesia dengan 40% dari total merek waralaba. WALI
mencatat terdapat lebih dari dua ribu merek waralaba dari dalam dan luar negeri dengan presentasi 65%
dan 35%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis profitabilitas investasi waralaba usaha laundry (Yukitacuci)
pada sektor UMKM. Perhitungan tersebut meliputi jumlah investasi yang dibutuhkan, profitabilitas, dan
risiko proyek untuk menghasilkan usulan keputusan investasi. Penelitian ini akan menggunakan teknik
capital budgeting dengan parameter untuk menganalisis profitabilitas proyek adalah Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), dan Profitability Index (PI). Model
keuangan didasarkan pada berbagai asumsi yang diperoleh dari berbagai perspektif dan pendekatan.
Analisis risiko juga dilakukan untuk menemukan variabel yang dapat mempengaruhi profitabilitas
bisnis dengan menggunakan analisis sensitivitas dan analisis skenario.
Studi ini menghasilkan proyek layak dari segi keuangan dengan total investasi Rp 101,6 juta. Proyek
tersebut berpotensi menghasilkan NPV sebesar Rp 157,1 juta dan nilai IRR sebesar 39,35%. Investasi
akan dikembalikan dalam waktu kurang dari dua tahun operasi bisnis dengan indeks profitabilitas 2,55.
Hasil penilaian risiko jumlah laundry merupakan variabel yang paling sensitif terhadap perubahan NPV
dan Inflasi merupakan variabel yang paling sedikit mempengaruhi perubahan NPV dengan ayunan 1,9%
pada perubahan NPV. Penerima waralaba dapat meningkatkan pemasaran pada tahap awal operasi
bisnis untuk meningkatkan kesadaran merek di antara warga di daerah tersebut. Iklan online melalui
Facebook Ads atau Instagram Ads bisa menjadi platform untuk meningkatkan pemasaran di tahap
awal.Dengan menggunakan analisa skenario dengan swing 20% pada setiap variabel pada skenario,
skenario terbaik (+ 20% swing) bisnis ini dapat menghasilkan NPV sebesar Rp 478.560.039,44 dan
skenario terburuk (-20% swing) akan menghasilkan NPV. dari Rp (109.028.739,96)