digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Victoriano Jonathan Lendeng
PUBLIC Alice Diniarti

COVER Victoriano Jonathan Lendeng
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Victoriano Jonathan Lendeng
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Victoriano Jonathan Lendeng
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Victoriano Jonathan Lendeng
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Victoriano Jonathan Lendeng
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Victoriano Jonathan Lendeng
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Terdapat 1000 ekor sapi di Balai Pengembangan Ternak Cikole, 5% dari populasi sapi di Lembang. Seekor sapi menghasilkan rata-rata 30 kg kotoran per hari, sehingga total limbah di BPT adalah 30 ton per hari. Berbagai macam metode pemanfaatan seperti pengomposan dan biogas sudah dipakai, tetapi menghasilkan efek negatif seperti polusi tanah dan eutrofikasi, sehingga kotoran sapi hanya dibuang sebagai limbah. Permasalahan kotoran sapi ini harus diselesaikan. Dibutuhkan metode pemrosesan kotoran sapi, dan ditawarkan proses torefaksi basah yang meningkatkan nilai produk sehingga memberi keuntungan bagi pengelola dan lebih efektif dibanding metode-metode yang sudah dicoba sebelumnya. Pada riset ini, kotoran sapi diproses dengan proses torefaksi basah yang menghasilkan padatan dan cairan yang selanjutnya diproses lebih lanjut hingga menjadi bahan bakar padat dan pupuk cair. Proses torefaksi basah adalah proses termokimia untuk meluruhkan material menggunakan media air bertekanan. Kotoran sapi diproses pada temperatur 150, 175, dan 200 ? dengan waktu tunggu 30 menit.. Setelah proses torefaksi basah, selanjutnya produk padatan diuji nilai kalornya dan produk cairan diuji nilai kandungan NPKnya. Selain itu, aplikasi torefaksi basah akan ditinjau dari aspek teknoekonomi, gabungan dari analisis aspek energi dan ekonomi. Hasil percobaan menunjukkan parameter operasi optimum adalah pada temperatur 200 ?. Proses torefaksi basah ini menghasilkan bahan bakar padat yang memiliki nilai kalor, kadar abu, karbon tetap, dan moisture content setara dengan lignit A dan pupuk cair yang memiliki nilai NPK yang memenuhi SNI. Dengan reaktor berukuran 3 m3 yang dioperasikan 4 kali sehari, aspek teknis menyatakan kesetimbangan energi proses dan produk dalam keadaan defisit 4 GJ/hari dan dibutuhkan pasokan energi dari batu bara sejumlah 200 kg/hari. Aspek ekonomi membahas tentang pengeluaran modal dan operasi serta potensi pendapatan dari penjualan 50% pupuk cair hasil produk, proses ini mencapai titik impas dalam 52 hari. Dengan hasil produk yang berkualitas tinggi dan aspek ekonomi yang menjanjikan, maka proses ini dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah kotoran sapi di Lembang.