BAB 1 Nadhia Prameswari Puspitoningr
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Nadhia Prameswari Puspitoningr
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Nadhia Prameswari Puspitoningr
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Nadhia Prameswari Puspitoningr
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Nadhia Prameswari Puspitoningr
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Nadhia Prameswari Puspitoningr
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Paduan Titanium-Zirconium-Molybdenum (TZM) merupakan material refraktori
yang seringkali digunakan sebagai komponen suhu sangat tinggi karena memiliki
suhu rekristalisasi, kekuatan mulur, dan kekuatan tarik yang tinggi pada suhu yang
sangat tinggi. Salah satu aplikasi dari TZM adalah sebagai bahan x-ray target pada
peralatan CT scan. Pada penggunaannya, x-ray target menerima kondisi kerja
berupa gaya sentrifugal dan paparan berkas elektron. Kondisi ini menyebabkan xray target kemudian mengalami kerusakan akibat thermal fatigue dengan mulai
terbentuknya retak-retak pada paduan TZM yang digunakan. Retak-retak pada
paduan TZM akibat paparan berkas elektron ini perlu dipelajari untuk memperoleh
pemahaman lebih lanjut mengenai kerusakan paduan TZM sebagai x-ray target.
Pada penelitian ini, akan digunakan dua buah paduan TZM yang disebut sebagai
TZM-A dan TZM-B. Studi diawali dengan observasi electron beam damaged area
(EBDA) menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) pada kedua
spesimen tersebut. Kemudian dilakukan pengukuran panjang retak terpanjang yang
ada pada EBDA menggunakan Optical Microscope (OM) dan SEM. Selanjutnya,
dilakukan pengujian kekerasan dengan empat metode. Metode pertama adalah
dengan variasi beban 200-800 mN pada permukaan yang terpapar dan tidak
terpapar. Metode kedua adalah variasi posisi sumbu-x pada EBDA dan daerah
bukan EBDA di permukaan yang terpapar. Metode ketiga adalah variasi posisi
sumbu-x pada potongan melintang permukaan yang terpapar dan tidak terpapar.
Metode keempat adalah variasi posisi sumbu diagonal z pada permukaan yang
terpapar berkas elektron.
Hal pengamatan menunjukkan bahwa lebar EBDA pada spesimen A adalah 75 µm
dan pada spesimen B adalah 450 µm. Ditemukan bahwa panjang retak terpanjang
pada spesimen A adalah 75µm dan untuk spesimen B adalah 299,152 µm dengan
panjang retak rata-rata pada spesimen B adalah 41,67 µm. Rata-rata nilai kekerasan
permukaan yang terpapar berkas elektron pada spesimen A adalah 83,957 kgf/mm2,
lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan yang tidak terpapar, yaitu 41,868
kgf/mm2. Sedangkan untuk spesimen B, rata-rata nilai kekerasan permukaan yang
terpapar adalah 179,22 kgf/mm2. lebih rendah dibandingkan dengan permukaan
yang tidak terpapar, yaitu 228,77 kgf/mm2. Pada permukaan yang terpapar pada
spesimen A, EBDA memiliki nilai kekerasan yang paling tinggi dibandingkan
dengan area lainnya, sementara sebaliknya untuk spesimen B. Adapun variasi nilai
kekerasan pada potongan melintang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Hasil-hasil tersebut menunjukkan paparan berkas elektron
mendegradasi sifat mekanik paduan TZM, khususnya sifat kekerasan, dan
menginisiasi kemunculan retak fatigue akibat terbentuknya lapisan rekristalisasi.