PT Dirgantara Indonesia (PT DI) merupakan BUMN yang bergerak pada bidang
manufaktur komponen dan perakitan pesawat. Pesawat NC 212i merupakan satu
dari sekian pesawat yang diproduksi dan dirakit oleh perusahaan ini. Pesawat NC
212i memiliki permintaan sebanyak 6 unit pesawat per tahun. Akan tetapi, setiap
tahunnya PT DI masih belum mampu untuk mencapai target tersebut. Salah satu
tahap akhir dalam proses produksi pesawat NC212i adalah tahap perakitan major
assembly, yaitu perakitan nose, fuselage, wing, dan tail menjadi sebuah pesawat
yang siap untuk melalui uji terbang. Proses ini dilakukan oleh Divisi Final
Assembly Line (FAL).
Upaya assembly line balancing telah dilakukan oleh problem owner untuk
mencapai target produksi tersebut. Namun, upaya ini perlu disempurnakan dengan
menentukan jumlah operator yang akan dilibatkan dan melakukan perancangan
penugasan operator yang lebih terstruktur agar mampu mencapai target produksi.
Upaya melakukan penugasan operator yang lebih terstruktur ini dapat
menggantikan metode penugasan existing yang berdasarkan judgment operator
leader. Model matematis mixed integer linear programming digunakan untuk
menghasilkan model yang sesuai dengan lintas perakitan final Pesawat NC 212i.
Model memiliki fungsi tujuan untuk meminimalkan jumlah operator dan
melakukan penjadwalan secara forward scheduling. Model yang digunakan telah
mempertimbangkan batasan precedence, jumlah kebutuhan operator untuk setiap
operasi dan jenis skill yang dibutuhkan.
Model usulan memberikan keluaran berupa perancangan penugasan operator yang
melibatkan 13 operator. Hasil penjadwalan secara forward scheduling
menyebabkan usulan solusi memiliki waktu siklus sebesar 319,46 jam yang bernilai
di bawah desired cycle time, yaitu sebesar 320 jam.