digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Yasmin Dwinadine Dewiyanti
PUBLIC Taupik Abidin

Jumlah sampah organik diperkirakan akan semakin meningkat, karena jumlah populasi manusia di bumi akan terus berkembang. Limbah organik dapat berbahaya jika tidak diolah dengan benar, karena dapat menghasilkan gas metana yang berkontribusi untuk menghasilkan gas rumah kaca yang dapat merusak lapisan ozon bumi yang penting untuk melindungi bumi. Pengomposan adalah salah satu metode yang dapat mengolah sampah organik tanpa merusak bumi. Namun, di Indonesia, metode yang paling umum untuk mengolah limbah organik masih menggunakan tempat pembuangan akhir atau tempat pembuangan terbuka. Hal ini memprihatinkan dan berbahaya karena metode pengolahan limbah seperti ini dapat melepaskan banyak gas metana ke udara. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Kota Bandung sudah mulai menerapkan kampanye bernama KangPisMan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengubah kebiasaan untuk mengolah sampah , komposting merupakan salah satu cara yang dipromosikan dalam kampanye ini. Selain itu, diperkirakan bahwa jumlah orang yang peduli dengan masalah lingkungan akan meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi, ironisnya menurut data dari Menteri Kehutanan Indonesia, jumlah orang di Indonesia yang menggunakan komposting sebagai metode untuk mengolah sampah masih sedikit yaitu hanya sebanyak 7%. Oleh karena itu, PASMA sebagai bisnis yang peduli mengenai masalah lingkungan akan mengembangkan komposter dengan fitur yang diinginkan oleh pengguna secara terus menerus sehingga bisa membantu mengurangi dampak destruktif dari perubahan iklim dan menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. Penelitian ini ingin menemukan solusi yang tepat bagi masyarakat untuk menggunakan komposter secara terus menerus untuk mengolah sampah organik dengan benar untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. Akan tetapi, kurangnya hasil riset dan data mengenai alasan orang-orang untuk tidak memakai komposting sebagai metode pengolahan limbah organik membuat PASMA kesulitan untuk membuat strategi bisnis agar dapat menjual komposter. Maka, untuk menemukan solusi peneliti akan mencari tujuan dari orang yang tidak ingin menggunakan komposting, berhenti menggunakan komposting, dan selalu menggunakan komposting dengan melakukan analisa tinjauan literatur dan metode wawancara. Setelah melakukan penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa penyebab orang tidak ingin memakai komposting adalah kurangnya rasa peduli dengan lingkungan, tidak tahu manfaat komposting, tidak merasa komposting akan memberikan manfaat, merasa bahwa komposting tidak memecahkan masalah, dan merasa bahwa proses dari aktivitas komposting hanya akan menyulitkan diri mereka sendiri. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti membuat beberapa solusi agar dapat mengubah cara orang dalam pengolahan limbah organik. Setelah peneliti menemukan beberapa solusi, peneliti melakukan analisa kembali kepada solusi-solusi tersebut agar dapat menemukan satu solusi yang benar-benar berguna untuk PASMA dan dapat meningkatkan penggunaan komposting. Oleh karena itu, peneliti menganalisis kembali solusi berdasarkan kondisi bisnis PASMA, kondisi sosial dalam pandemi COVID-19, dan menganalisa kembali dengan peta perjalanan konsumen modern. Hasilnya, PASMA harus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai buruknya efek dari limbah organik yang tidak diproses dengan benar, pentingnya menggunakan komposting, dan meningkatkan citra brand PASMA di masyarakat sebelum menjual produk PASMA. Cara untuk mewujudkan solusi tersebut adalah dengan membuat konten dan kampanye pada laman Instagram PASMA. Selain itu, PASMA juga harus berkolaborasi dengan beberapa artis, bisnis, dan organisasi yang sejalan dengan visi dan misi PASMA. Dalam membantu untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan, PASMA menyarankan agar pemerintah lebih bersikap tegas dalam mengatur aktivitas pengolahan sampah organik oleh masyarakat. Selain itu, diharapkan ada yang bisa melanjutkan penelitian mengenai bagaimana cara merubah kebiasaan orang dalam mengolah sampah dari sisi psikologis.