digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Permeabilitas yang buruk atau rendah merupakan perhatian terbesar bagi operator lapangan di industri panas bumi. Kekhawatiran ini disebabkan oleh ketergantungan proses produksi dan injeksi pada permeabilitas formasi. Selama operasi pengeboran, ketidakpastian akan ditemukannya zona dengan permeabilitas yang bagus masih cukup tinggi, terutama dalam tahap pengeboran eksplorasi. Jika sumur-sumur ini ditinggalkan maka akan sangat merugikan pengembang. Untuk merevitalisasi sumur-sumur ini, teknik stimulasi seperti rekahan hidrolik dapat dipertimbangkan. Meskipun teknologi ini merupakan adopsi praktik dalam industri perminyakan, pengaplikasian Teknik ini di lingkungan panas bumi telah melaporkan hasil yang menjanjikan dalam meningkatkan kapasitas produksi dan injeksi, tetapi beberapa rekahan tertutup kembali tidak lama setelah stimulasi dilakukan. Penelitian ini menganalisa beberapa parameter yang mempengaruhi proses rekahan dengan metode desain rekahan hidrolik. Desain dibagi menjadi empat kasus berdasarkan kriteria masing-masing kasus. Parameter yang dianalisis dalam kasus ini terdiri dari pemilihan fluida injeksi, kredibilitas proppant di lingkungan panas bumi, campuran fluida injeksi dan proppant, laju injeksi, efek rekahan pada sifat-sifat mekanis batuan yang berbeda. Parameter utama yang dianalisa adalah rekahan hidrolik maksimal, efisiensi dari injektifitas dan konduktivitas rekahan. Sebagai hasil dari kajian ini, berdasarkan pada panjang rekahan yang terbentuk, fluida SSFK1 25 menghasilkan rekahan terpanjang. Sedangkan, berdasarkan efisiensinya, fluida YF835LpH memiliki nilai efisiensi tertinggi. Berdasarkan parameter yang paling utama, yaitu konduktivitas rekahan, campuran Brine + Proppant (BorProp 20/40 atau SinterBall 20/40) menunjukkan hasil yang menjanjikan dibandingkan dengan campuran fluida lainnya.