Indonesia adalah negara penghasil ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) terbesar
ketiga di dunia setelah Nigeria dan Brazil. Volume produksi ubi kayu Indonesia
sekitar 24 juta ton per tahun. Sebagian besar produksi tersebut dimanfaatkan oleh
industri tapioka dengan menyisakan limbah padat berupa ampas (bagasse) dan kulit
(peel) singkong. Kandungan selulosa yang cukup tinggi dari ampas singkong
(26,2% dari berat kering) dan kulit singkong (40,5% dari berat kering) menjadi
potensi yang besar sebagai sumber selulosa.
Beberapa dekade terakhir, penelitian di bidang selulosa mengarah kepada
pembuatan nanoselulosa sebagai material unggul. Nanoselulosa memiliki berbagai
keutamaan dan keunggulan, salah satu pemanfaatannya adalah sebagai komponen
penguat (reinforcing nanofiller) pada membran polimer elektrolit dalam baterai ion
litium. Baterai ion litium adalah salah satu energi alternatif yang menarik perhatian
untuk dikembangkan. Membran polimer elektrolit telah menjadi bahan yang
menarik untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan untuk menggantikan
elektrolit cair yang telah digunakan pada baterai ion litium pada umumnya.
Kelemahan utama dari elektrolit cair adalah mudah menguap dan mudah terbakar
pada penggunaan baterai pada suhu tinggi.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh nanoselulosa
dari bahan yang relatif murah, ramah lingkungan dan mempelajari sifat-sifatnya
sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, di antaranya adalah sebagai
komponen penguat pada matriks polimer elektrolit. Pemanfaatan ampas dan kulit
singkong sebagai sumber selulosa diharapkan mampu mengatasi permasalahan
lingkungan dan meningkatkan nilai tambah pada industri tapioka di Indonesia.
Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap; tahap pertama adalah mempelajari isolasi
selulosa dari onggok dan kulit singkong dengan menggunakan tiga metode (sulfat,
nitrat dan alkali). Tahap kedua mempelajari pembuatan nanoselulosa (NS) dari
selulosa yang diperoleh dengan menggunakan metode hidrolisis asam dan metode
mekanik. Pada metode hidrolisis asam dilakukan optimasi konsentrasi asam,
sedangkan pada metode mekanik menggunakan alat high-shear homogenizer
dilakukan optimasi kecepatan pengadukan dan waktu pengadukan. Tahap ketiga
mempelajari pembuatan membran nanokomposit polimer elektrolit dengan
mencampurkan NS dengan poli(etilena oksida) (PEO) menggunakan metode solution casting dengan mengoptimasi komposisi PEO:NS dan PEO:NS:LiClO4.
Pada setiap tahap dilakukan karakterisasi menggunakan alat FTIR, XRD, TGA,
DSC dan SEM. Ukuran partikel nanoselulosa ditentukan menggunakan metode
DLS dan TEM; sifat mekanik membran nanokomposit diukur menggunakan alat
uji tarik sedangkan konduktivitas ion membran nanokomposit diukur menggunakan
alat Gamry Reference 3000 Potentiostat.
Pada tahap pertama, isolasi selulosa dari kulit singkong menggunakan metode alkali
menghasilkan kandungan selulosa tertinggi dan rendemen hasil terbanyak masingmasing
adalah 92,21% dan 17,8%. Indeks kristalinitas selulosa yang dihasilkan
mengalami peningkatan, dari 23,41% menjadi 55,54%. Selulosa tersebut kemudian
digunakan untuk pembuatan nanoselulosa pada tahap kedua penelitian ini. Dari
hasil FTIR dan XRD, kedua metode yang digunakan (hidrolisis asam dan mekanik)
menghasilkan spektra dan difraktogram yang mirip, dengan indeks kristalinitas
nanoselulosa menggunakan metode hidrolisis asam dan mekanik masing-masing
adalah 63,3% dan 62,1%. Ukuran panjang dan diameter rata-rata nanoselulosa
diperoleh menggunakan TEM masing-masing adalah 121,14 nm dan 6,07 nm yang
dihasilkan dengan metode hidrolisis asam, sedangkan metode mekanik
memberikan hasil terbaik dengan panjang dan diameter rata-rata partikel berturutturut
adalah 178,24 nm dan 6,39 nm. Dengan mempertimbangkan efisiensi waktu,
bahan kimia serta kebaruan dari penelitian maka digunakan nanoselulosa dari
metode mekanik pada pembuatan nanokomposit di tahap selanjutnya.
Pada tahap ketiga, membran nanokomposit diperoleh dengan metode solvent
casting menggunakan pelarut air. Penambahan NS ke dalam matriks PEO
meningkatkan kuat tarik dan menurunkan regangan saat putus serta tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konduktivitas ion membran.
Penambahan garam LiClO4 ke dalam campuran PEO-NS menurunkan kuat tarik,
meningkatkan regangan saat putus pada membran dan meningkatkan konduktivitas
ion membran. Kondisi optimum membran diperoleh pada rasio PEO:NS= 80:20
dan LiClO4 15%. Penambahan garam LiClO4 > 15% menghasilkan proses
eksotermik yang besar pada uji sifat termal membran. Penambahan NS ke dalam
membran PEO-LiClO4 mampu meredam dan memperkecil proses eksotermik
tersebut. Konduktivitas ion terbaik dari membran PEO-NS-LiClO4 diperoleh pada
komposisi PEO:NS:LiClO4 = 72,25%:12,75%:15% dengan nilai yang terukur
adalah 2,28 x 10-3 S.cm-1, sedangkan kuat tarik terbaik diperoleh pada komposisi
PEO:NS:LiClO4 = 63,75%:21,25%:15% dengan nilai 6,86 MPa.