Dalam proses pengembangan obat, salah satu keputusan awal yang harus dibuat adalah
menentukan bentuk atau polimorf kristal obat yang akan digunakan dalam sediaan. Sifatsifat fisik polimorf padatan dapat mempengaruhi mutu, keamanan dan khasiat obat.
Mengingat bahwa ikatan dapat mempengaruhi sifat fisik pada tingkat makroskopik maka
upaya untuk memanipulasi sifat fisik dengan cara mengatur kembali susunan molekulnya
dalam keadaan padat menjadi kristal yang berbeda adalah hal yang penting dilakukan di
industri farmasi. Kokristal memiliki karakter fisika, seperti ukuran partikel dan habit kristal
yang dapat mempengaruhi sifat permukaan, kemampuan tersuspensi, laju disolusi, perilaku
kompresibilitas dan kompaktibilitas serbuk. Sifat mekanik adalah sifat-sifat yang dimiliki
suatu bahan ketika diberi tekanan (stress). Kompresibilitas, tabletabilitas dan
kompaktibilitas merupakan parameter untuk mengkaraterisasi sifat mekanik yang penting
untuk proses pembuatan sediaan tablet. Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan
kompresibilitas ramipril akibat proses pembentukan kokristal. Hasil kokristalisasi
kemudian dikarakterisasi dengan metode kontak panas (kofler), metode termal (Differential
Scanning Calorimetry), mikroskopi (mikroskop polarisasi dan Scanning Electron
Microscope), difraktometri (Powder X-Ray Diffraction), uji kelarutan, uji kompresibilitas
dan uji disolusi. Hasil metode kontak panas kofler menunjukkan pembentukan habit kristal
baru berbentuk jarum memanjang pada zona kontak antara ramipril (RA) dan vanilin (VA),
yang memiliki jarak lebur yang berbeda dari titik lebur kedua komponennya. Termogram
DSC memperlihatkan adanya puncak endotermik baru yang sama sekali berbeda dari
kedua komponen, yang merupakan titik lebur fase kokristalin pada temperatur 91,9
o
C.
Pola difraksi sinar-X serbuk senyawa hasil interaksi RA dan VA menunjukkan
difraktogram yang berbeda dari kedua komponen penyusun pada 2?= 6,12; 8,96; 11,88
dan 20,04 yang mengindikasikan terbentuknya fase kokristalin. Hasil pengujian kelarutan
menunjukkan kelarutan sampel hasil kokristalisasi (12,823±0,07 mg/mL) lebih tinggi
dibandingkan ramipril murni (10,437±0,06 mg/mL) dan hasil rekristalisasi RA
(10,829±0,08 mg/mL). Karakterisasi kompresibilitas menunjukkan bahwa terjadi
penurunan kompresibilitas dari serbuk RA setelah dilakukan proses kokristalisasi dengan
VA. Hasil uji disolusi serbuk dan tablet berbagai kompresi RA dan kokristal RA-VA
menunjukkan bahwa kokristal RA-VA baik dalam bentuk serbuk maupun tablet disemua
pemberian gaya kompresi memiliki disolusi yang lebih rendah dibandingkan RA baik pada
medium 0,1 N HCl maupun dapar fosfat 6,8.