Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa parah yang telah menyerang 21 juta penduduk dunia
dan sekitar 400.000 penduduk Indonesia. Pengobatan skizofrenia dengan antipsikotik dapat
menimbulkan efek samping berupa extrapyramidal symptoms. Penelitian ini ditujukan untuk
menentukan ketepatan peresepan triheksifenidil sesua indikasi, efektivitas, dan cost-effectiveness dari
subjek yang menerima haloperidol tunggal (kelompok 1), haloperidol-triheksifenidil (kelompok 2), dan
haloperidol-triheksifenidil-klozapin (kelompok 3). Analisis ketepatan peresepan dilakukan dengan
membandingkan persentase subjek pada kelompok 2 dan kelompok 3 yang telah mengalami EPS
sebelumnya dan yang belum mengalami. Analisis efektivitas pemberian triheksifenidil dilakukan
dengan membandingkan kejadian EPS antara treatment yang diberikan (kelompok 1, 2, dan 3) setelah
pengobatan dimulai. Analisis cost-effectiveness dilakukan dengan metode perhitungan incremental
cost-effectiveness ratio (ICER) antar kelompok. Persentase peresepan triheksifenidil yang sudah tepat
indikasi pada kelompok 2 sebesar 50% dan pada kelompok 3 sebesar 45,76%. Dengan demikian, tidak
ada perbedaan signifikan antara pemberian triheksifenidil tepat indikasi dan belum tepat indikasi pada
subjek yang diberi haloperidol-triheksifenidil dan kelompok haloperidol-triheksifenidil-klozapin.
Berdasarkan analisis, tidak ada korelasi antara pengobatan yang diberikan dengan kejadian EPS
(p=0,240). Nilai ICER untuk perbandingan kelompok 2 dibandingkan dengan kelompok 1 adalah -
8285,9, sedangkan untuk kelompok 3 dibandingkan dengan kelompok 1 adalah-140939,7, dan untuk
kelompok 3 dibandingkan dengan kelompok 2 adalah 147903,23. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan dalam peresepan tepat indikasi dan belum tepat indikasi. Selain itu tidak
ada perbedaan efektivitas pemberian obat untuk menangani EPS dan pengobatan tunggal
menggunakan haloperidol memiliki nilai farmakoekonomi lebih baik dibanding yang lain.