digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Philip Angsetya
PUBLIC Resti Andriani

BAB 1 Philip Angsetya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Philip Angsetya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Philip Angsetya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Philip Angsetya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Philip Angsetya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 6 Philip Angsetya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Philip Angsetya
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

Peledakan merupakan salah satu metode pemberaian batuan yang salah satu dampak negatifnya adalah rusaknya lereng yang ingin dibentuk apabila energi yang digunakan dalam peledakan tersebut berlebih. Salah satu dampak dari peledakan yang bersifat membahayakan lereng adalah terbentuknya backbreaks pada barisan daerah yang akan menjadi suatu lereng. Untuk menghindari terciptanya backbreak umumnya digunakan metode peledakan terkontrol, di mana dalam peledakan terkontrol energi yang dihasilkan dalam suatu peledakan dibuat sedemikian rupa agar dapat mengoptimalkan hasil dari peledakan di daerah-daerah kritis, seperti final slope. Salah satu metode peledakan terkontrol yang akan diujicobakan adalah peledakan presplit karena penggunaan metode line drill yang telah diterapkan oleh PT Sapta Indra Sejati dinilai masih kurang efektif. Dalam pelaksanaannya, uji coba akan dilaksanakan di Pit North Tutupan PT Adaro Indonesia yang dioperasikan oleh PT Sapta Indra Sejati. Rancangan peledakan presplit akan dibuat secara empiris dengan menggunakan persamaaan Chiappeta (1991) serta persamaan analisis tegangan radial oleh Brady dan Brown (1985), kemudian hasil dari pengujian akan dievaluasi backbreak pada jarak 1 sampai dengan 2,3 meter di belakang barisan lubang presplit, walaupun rekahan terbentuk antar seluruh lubang pada uji coba 1. Sehingga pada ujicoba 2 dipilih spasi 4 meter namun pada uji coba kedua didapatkan bahwa hasil peledakan tidak maksimal akibat peledakan yang dilakukan di lubang-lubang basah yang umumnya dibuat pada daerah batuan pasir yang mengandung banyaak air. Oleh karena itu pada uji coba 3 dilakukan spasi yang sama dengan uji coba 2 namun dilakukan pada lokasi yang sama dan batuan yang cenderung lebih secara visual di lapangan. Uji coba pertama dilakukan untuk mengetahui geometri peledakan yang dapat digunakan untuk peledakan presplit pada final slope. Dari hasil ujicoba didapatkan bahwa pada ujicoba 1 masih ditemukan keras agar lubang presplit yang dibuat kering. Dari uji coba 3 didapatkan bahwa rekahan terbentuk antar lubang dan tidak ditemukan backbreak pada uji coba 3. Oleh karena itu peledakan presplit untuk peledakan di final slope dapat dilakukan dengan spasi lubang presplit sebesar 4 meter.