Penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK merupakan penyakit umum yang dapat
dicegah dan diobati. Kepatuhan terhadap terapi inhalasi adalah salah satu faktor
kunci keberhasilan pengobatan penyakit pernapasan termasuk PPOK. Namun
kepatuhan pengobatan pada pasien PPOK umumnya buruk, tingkat kepatuhan
terhadap berbagai rejimen pengobatan adalah sekitar 50%. Penggunaan inhaler
yang efektif memerlukan teknik inhalasi yang tepat, agar didapatkan efek
terapeutik yang optimal. Akan tetapi, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa 50-80% pasien gagal menggunakan perangkat inhaler mereka dengan
benar. Nilai COPD Assessment Test (CAT) yang memburuk dapat menunjukkan
bahwa pasien mengalami eksaserbasi yang belum mereka laporkan kepada
profesional kesehatan atau bisa juga karena pasien berhenti atau tidak melakukan
pengobatan secara efektif. Sehingga pemeriksaan teknik inhaler serta kepatuhan
terhadap pengobatan perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
pengaruh intervensi konseling oleh apoteker terhadap kepatuhan, teknik
penggunaan inhaler dan nilai COPD Assessment Test (CAT) pada pasien PPOK
rawat jalan di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu Bandung pada bulan April-Juni 2019.
Penelitian ini dilakukan terhadap 82 subjek penelitian dengan menggunakan
rancangan eksperimen one group pretest-posttest. Analisis dilakukan dengan
menggunakan uji non-paramertik Willcoxon rank test dengan taraf signifikansi
5%. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan yang signifikan secara
statistik dari nilai sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan perlakuan
konseling oleh apoteker terhadap kepatuhan, teknik penggunaan inhaler dan nilai
COPD Assessment Test (CAT) dengan nilai p<0,05. Sehingga hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa konseling apoteker dapat meningkatkan kepatuhan,
memperbaiki teknik pengguaan inhaler dan nilai COPD Assessment Test (CAT)
pada pasien PPOK rawat jalan.