Hutan kota dalam fungsi estetika mengutamakan pemilihan jenis tanaman yang memiliki keindahan dan keunikan bentuk fisik secara visual. Pohon sebagai komponen utama dalam hutan kota dapat memberikan nilai estetika baik dalam dimensi besar sebagai pohon maupun kecil sebagai tanaman pagar. Teknik silvikultur berupa teknik trubusan (coppicing) merupakan salah satu cara untuk menjadikan pohon sebagai tanaman pagar di hutan kota. Teknik trubusan digunakan untuk meningkatkan jumlah tunas, sedangkan pemberian MSG untuk memacu tumbuh tunas lebih cepat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh teknik trubusan terhadap pertumbuhan tanaman, serta mengetahui pengaruh pemberian larutan MSG kadar 3.000 ppm dan 6.000 ppm terhadap pertumbuhan trubusan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2019 di Kampus ITB Jatinangor pada elevasi 728 m dpl. Penelitian menggunakan rancangan petak terbagi dengan dua perlakuan (pemberian larutan MSG dan jenis pohon) dengan tiga kali ulangan. Pemberian MSG sebagai faktor utama terdiri dari, MSG 0 ppm (N1), MSG 3.000 ppm (N2), dan MSG 6.000 ppm (N3). Jenis pohon sebagai subfaktor, terdiri dari jenis surian (P1), sengon (P2), gmelina (P3) dan mahoni (P4). Variabel yang diukur terdiri dari jumlah tunas, panjang tunas, diameter tunas dan jumlah daun. Data hasil pengukuran dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA). Hasil pengamatan selama tiga bulan menunjukkan bahwa teknik trubusan dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder, jumlah daun, dan diameter batang. Pemberian larutan MSG 3.000 ppm dan 6.000 ppm tidak efektif dalam meningkatkan jumlah tunas, panjang tunas, diameter tunas dan jumlah daun pada jenis surian, gmelina, sengon, dan mahoni.