digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Dirgantara Indonesia merupakan perusahaan BUMN yang menjalankan bisnis produksi pesawat terbang. Tipe pesawat CN-235 merupakan salah satu pesawat dengan permintaan yang tinggi yaitu 6 unit per tahun dengan nilai takt time sebesar 2 bulan. Pada kondisi aktual, PT DI hanya dapat memproduksi 4 unit pesawat dalam satu tahun sehingga perusahaan harus membayar uang penalti. Tahap produksi pesawat paling lama terjadi di divisi perakitan, khususnya perakitan komponen fuselage. Komponen ini terbagi menjadi dua jig besar yaitu center dan rear fuselage. Kurang optimalnya tahap pengerjaan operasi pada sistem barel membuat sistem perakitan diubah menjadi sistem panel yang akan diterapkan terlebih dahulu untuk perakitan center fuselage. Sistem ini mengakibatkan adanya pemecahan satu jig center fuselage menjadi 5 jig berukuran lebih kecil berdasarkan bentuk struktural. Salah satu dampak sistem panel yaitu berubahnya kebutuhan pekerja sehingga dilakukan pencarian kebutuhan pekerja optimal agar permintaan 6 unit pesawat per tahun terpenuhi dengan biaya pekerja yang minimum. Terdapat 2 level pekerja perakitan yang digunakan yaitu pekerja level 2 dan pekerja level 3. Perbedaan jumlah setiap level pekerja yang digunakan mempengaruhi waktu setiap operasi dan biaya pekerja yang dikeluarkan. Model matematis jenis multi-manned assembly line balancing problem (MMALBP) yang bertipe mixed integer linear programming (MILP) dikembangkan agar memenuhi kondisi aktual. Proses komputasi dilakukan 4 kali untuk setiap jig (stasiun kerja) sesuai dengan kebutuhan pekerja yang telah ditentukan. Setiap jig memiliki lebih dari 1 solusi sehingga dilakukan perbandingan antar kombinasi hasil komputasi. Hasil perbandingan mengeluarkan 1 solusi terbaik yaitu sebanyak 7 pekerja level 3 dan 3 pekerja level 2 dengan biaya pekerja sebesar Rp38.855.000 per bulan atau Rp466.260.000 per tahun dan waktu perakitan terlama yaitu 278.6 jam (1.9 bulan).