Pembangunan infrastruktur berupa tunnel di Jalan Bebas Hambatan Cisumdawu
menimbulkan lahan tanpa vegetasi dengan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah yang
kurang baik. Keberadaan vegetasi memiliki peran sebagai pengikat tanah pada daerah
pergerakan tanah permukaan untuk mengatasi permasalahan tanah tidak stabil. Penelitian
ini bertujuan menduga distribusi akar pada dua media berbeda yang direpresentasikan
oleh nilai indeks kedangkalan akar dan menentukan efek pemberian bahan organik
terhadap nilai indeks kedangkalan akar. Penelitian berlokasi di Screenhouse Kampus ITB
Jatinangor selama 3 bulan. Jenis tanaman yang digunakan adalah tanjung (Mimusops
elengi) dan kiara payung (Filicium decipiens) masing-masing sebanyak 60 sampel. Media
tanah yang digunakan berasal dari lahan yang berada di atas tunnel 1 Cisumdawu.
Parameter yang diukur meliputi diameter dan arah akar proksimal (percabangan akar
pertama yang berasal dari bagian pangkal batang), diameter batang, serta panjang akar.
Perlakuan yang digunakan berupa kontrol (tidak diberi bahan organik) dan penambahan
bahan organik 50% pada masing-masing jenis tanaman. Analisis variansi antara jenis
tanaman dan penambahan bahan organik dilakukan untuk mengetahui besar pengaruh
perlakuan terhadap indeks kedangkalan akar. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata
indeks kedangkalan akar tanjung kontrol dan indeks pada penambahan bahan organik
50% berturut-turut sebesar 0,037 dan 0,055. Nilai rata-rata indeks kedangkalan akar kiara
payung kontrol dan indeks pada penambahan bahan organik 50% berturut-turut sebesar
0,033 dan 0,05. Penambahan bahan organik 50% memberikan pengaruh terhadap
peningkatan nilai indeks kedangkalan akar tanjung dan kiara payung berturut-turut
sebesar 3,5% dan 3,4%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahan organik perlu
ditambah untuk meningkatkan nilai indeks kedangkalan akar sekaligus stabilitas
permukaan tanah.