Cabai rawit merupakan salah satu bahan makanan penting di Indonesia. Agar dapat memenuhi kebutuhan cabai rawit tersebut, perlu dilakukan perbaikan tanaman cabai yang unggul dan homogen. Perbaikan tanaman cabai rawit dapat dilakukan melalui kultur jaringan in vitro teknologi double haploid (DH). Namun kultur embrio DH cabai memiliki kekurangan dalam sistem bilayer. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi pertumbuhan kultur in vitro embrio DH cabai dalam sistem bilayer, cair perendaman kontinu, dan bioreaktor jembatan kertas filter. Kultur in vitro dilakukan dalam medium ½ MS, sukrosa 1%, 0,1 ?M 6- benzylaminopurine (BAP), pencahayaan 7 jam cahaya putih dan 5 jam cahaya merah:biru (4:1) temperatur 26oC selama 21 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan biomassa segar dan kering embrio berturut-turut yaitu pada sistem bioreaktor jembatan kertas filter (28,0% & 27,5%), sistem cair (19,6% & 21,3%), serta sistem bilayer (11,7% dan 10,8%). Perolehan biokonversi dan efisiensi biokonversi biomassa lebih tinggi pada sistem cair (0,858 g biomassa g-1 sukrosa dan 14,90%) dibanding jembatan kertas filter (0,742 g biomassa g-1 sukrosa dan 11,23%). Namun embrio DH cabai rawit yang dihasilkan pada sistem jembatan kertas filter lebih baik dan lebih sedikit mengalami browning (25,79%) dibanding sistem cair (78,47%). Produktivitas biomassa lebih tinggi pada sistem bioreaktor jembatan kertas filter (0,215 g biomassa L-1 hari-1) dibandingkan dengan sistem cair (0,164 g biomassa L-1 hari-1). Pada pertumbuhan kultur embrio DH, konsumsi nutrisi sukrosa, NH4NO3 dan O2 berturut-turut sebesar 0,061 g, 0,0084 g dan 0,0501 g dengan menghasilkan biomassa kering hipotetikal embrio DH cabai, H2O, dan CO2 berturut-turut sebesar 0,0376 g, 0,0334 g, dan 0,0731 g.