Produksi kopi Indonesia yang meningkat diikuti dengan meningkatnya tren konsumsi kopi. Konsumsi kopi di Indonesia diprediksi meningkat sebanyak 8,22% setiap tahunnya. Selain Arabika dan Robusta, salah satu jenis kopi Indonesia yang popularitas tinggi adalah kopi Luwak. Kopi Luwak berasal dari biji kopi hasil pencernaan Luwak. Harga jual kopi Luwak yang tinggi meningkatkan jumlah petani kopi Luwak. Produksi kopi Luwak rentan dengan isu animal abuse, karena kopi bukan merupakan makanan utama bagi Luwak. Feroffee muncul dengan produk kopi fermentasi eksternal yang menggunakan isolat mikroba dari saluran pencernaan Luwak. Sebagai produk bioteknologi, proses produksi Feroffee memiliki beragam risiko yang perlu dimanajemen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan merancang manajemen risiko pengadaan bahan baku, pengolahan, dan pemasaran Feroffee. Pengambilan data dilakukan dengan depth interview. Analisis risiko dilakukan menggunakan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) yang akan menghasilkan RPN (Risk Priority Number), sementara perancangan manajemen risiko menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Hasil analisis pengadaan bahan baku diperoleh 11 faktor risiko yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok risiko, yakni risiko budidaya kopi, risiko panen dan pasca panen, serta risiko penjualan kopi. Risiko dengan nilai RPN (Risk Priority Number) tertingi pada pengadaan bahan baku adalah pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), keberadaan pohon naungan, dan distribusi hasil panen dengan nilai RPN berturut-turut sebesar 189, 50, dan 30. Strategi manajemen risiko pengadaan bahan baku yang terpilih adalah pengembangan teknologi budidaya kopi dengan persentase 58,3%. Analisis risiko pengolahan menghasilkan 10 faktor risiko yang dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni risiko ketersediaan bahan baku, risiko lokasi produksi, dan risiko proses produksi. Risiko dengan nilai RPN (Risk Priority Number) tertingi pada pengolahan adalah persiapan inokulum (RPN 45), pengemasan kopi siap minum (RPN 32), dan proses fermentasi (RPN 24). Strategi manajemen risiko pengolahan yang terpilih pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) proses pengolahan dengan persentase 44,5%. Terdapat lima faktor risiko pada pemasaran yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok risiko, yakni risiko preferensi konsumen, risiko kepuasan konsumen, dan risiko minat beli konsumen. Risiko pemasaran dengan nilai RPN (Risk Priority Number) tertinggi adalah minat beli konsumen, pengetahuan konsumen mengenai produk, dan kepuasan konsumen dengan nilai RPN berturut-turut sebesar 160, 140, dan 96. Strategi manajemen risiko pemasaran yang terpilih adalah mempertahankan dan mengembangkan segmen pasar dengan persentase 40,7%.